"Hawar daun bakteri pada padi merupakan penyakit serius menginfeksi lahan tropis di Asia, Amerika hingga Afrika," kata Fatimah, peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) di Jakarta, pekan lalu.
Ia memperoleh hibah penelitian dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) sebesar Rp36,9 juta dengan judul riset "Desain Primer-berjangka dan Penanda SCAR yang Terpaut dengan Ketahanan terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Padi Lokal Indonesia".
Hawar Daun Bakteri (BLB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv Orizae ini, ujarnya, mengakibatkan kehilangan hasil panen sekitar 20-30 persen, bahkan bisa lebih tinggi lagi hingga 50 persen di beberapa negara Asia.
Perbaikan varietas tanaman pangan, ujarnya, membutuhkan keragaman genetik yang tinggi untuk menyediakan sumber variasi yang utama untuk ketahanan terhadap penyakit dan sifat penting lainnya.
Namun pemuliaan tanaman modern telah mempersempit sumber genetik sehingga justru hanya menghasilkan tanaman-tanaman yang rentan terhadap penyakit bahkan mengakibatkan terjadinya epidemi serangga dan menurunnya produktivitas pertanian.
Karena itu, strategi yang saat ini diperlukan untuk mengintroduksi variasi genetik yang utama pada varietas baru perlu dilakukan dengan selektif, khususnya melalui teknik transgenik dan marka molekuler.
"Penggunaan varietas yang tahan merupakan cara paling efektif dan ekonomis untuk mengontrol penyakit ini," tambahnya.
Saat ini program pemuliaan, ujar dia bisa dipercepat dengan ketersediaan penanda DNA yang terpaut dengan gen ketahanan terhadap penyakit BLB ini.
Penanda berbasis PCR (polymerase chain reaction) yang terpaut dekat dengan gen ketahanan terhadap penyakit BLB akan menjadi sangat berguna untuk seleksi berdasarkan penanda (MAS), di mana akan digunakan teknologi SCAR (sequence characterized amplified region).
"Daerah genom yang dipilih mengandung gen ketahanan terhadap hawar daun bakteri pada padi yang akan berguna bagi studi asosiasi selanjutnya," katanya.(D009/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010