Kendalanya karena memang padat hunian dan sumber air

Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Satriadi Gunawan menyebutkan pemadaman kebakaran di Pasar Cempaka Putih sempat terkendala akibat sulitnya mendapatkan sumber air untuk memadamkan api dan angin yang kencang.

"Kendalanya karena memang padat hunian dan sumber air. Tapi dalam waktu 15 menit sudah bisa didapatkan sumber air yang pas. Lalu faktor cuaca juga mempengaruhi, anginnya sangat kencang dan bangunannya semi permanen itu yang menyebabkan terjadinya perambatan," ujar Satriadi saat ditemui di pintu masuk Pasar Cempaka Putih, Kamis.

Satriadi mengatakan para petugas pemadam kebakaran butuh waktu selama dua jam untuk memadamkan api yang melalap 807 kios pedagang itu.

"Kita tadi berhasil memadamkan selama dua jam. Ya sekitar 11.17 WIB kita sudah pendinginan," ujar Satriadi.

Lebih lanjut, Perumda Pasar Jaya saat ini masih melakukan inventarisir aset para pedagang yang terkena dampak dari kebakaran itu untuk mengetahui langkah yang akan diambil selanjutnya.

"Kita perlu lihat hasil setelah penanganan, apakah nanti masih bisa pedagang berada di sebagian lokasi yang terbakar ini atau mungkin kita cari lokasi lain. Ini paralel sedang kita diskusikan," kata Satriadi.

Kebakaran di Pasar Cempaka Putih diketahui mulai terjadi pada pukul 09.30 WIB, sumber api diduga berasal dari salah satu kios pemotongan ayam yang berada di dalam pasar.

"Asal mula apinya berasal dari ledakan tabung gas dari kios pemotong ayam," kata Asril.

Ada sebanyak 125 personel dan 25 mobil pemadam kebakaran yang diturunkan oleh Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta untuk memadamkan api yang melalap 807 kios itu.

Kerugian materiil yang ditanggung diperkirakan mencapai Rp9 miliar, sementara itu tidak ditemukan korban baik luka ataupun korban jiwa.

Baca juga: Kerugian kebakaran Pasar Cempaka Putih diperkirakan Rp9 miliar
Baca juga: Operasional TransJakarta tidak terimbas kebakaran Pasar Cempaka Putih

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020