Demikian pula sektor industri pengolahan, pemulihannya mengikuti pola umum peningkatan ekonomi nasional
Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar tahap II di DKI Jakarta akan membayangi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester kedua 2020.
"Perkembangan ekonomi sektoral kuartal III dan IV dibayangi risiko dampak penerapan PSBB di wilayah DKI Jakarta sejak tanggal 14 September dan resiko akibat peningkatan kasus COVID-19," ujar Andry dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Secara sektoral, lanjut Andry, sektor jasa seperti, perdagangan, transportasi, hotel, restoran dan jasa-jasa perusahaan, akan mengalami pemulihan yang relatif lambat dari perkiraan semula akibat peningkatan kasus positif COVID-19.
"Demikian pula sektor industri pengolahan, pemulihannya mengikuti pola umum peningkatan ekonomi nasional karena sangat tergantung perbaikan daya beli dan confidence masyarakat sehingga mulai membelanjakan uangnya," kata Andry.
Kendati demikian, sektor komoditas kelapa sawit dinilai bisa menjadi katalis positif yang mendorong perekonomian Indonesia ke depan terutama di sentra-sentra perkebunan di Sumatera dan Kalimantan.
"Harga minyak kelapa sawit sampai akhir tahun, kami perkirakan masih akan bertahan di tingkat harga 700 dolar AS per ton (FOB Malaysia)," ujarnya.
Andry menuturkan kinerja beberapa industri akan mengalami perbaikan dibandingkan kuartal II karena kondisi di kuartal II yang merupakan titik terendah akibat penerapan PSBB ketat.
Pada Kuartal III 2020, khususnya Juli dan Agustus, berbagai indikator telah menunjukkan perbaikan kegiatan ekonomi dibandingkan April dan Mei 2020. Sebagai contoh, penjualan kendaraan bermotor pada Agustus 2020 sudah mencapai 37.291 unit setelah mencapai titik terendah yaitu 3.551 unit pada Mei 2020. Meskipun demikian, angka penjualan Agustus 2020 masih jauh di bawah angka rata-rata penjualan tahunan 2019 yang mencapai 85.577 unit.
Tingkat hunian kamar hotel juga mulai membaik pada Juli 2020 menjadi 28,7 persen walaupun masih di bawah sebelum periode COVID-19 yaitu 56,7 persen pada Juli 2019.
Sementara itu, harga-harga komoditas penting bagi perekonomian Indonesia selama pandemi COVID-19 masih tertekan. Sampai dengan 20 September 2019, harga minyak mentah turun sebesar 35 persen (ytd) atau berada di kisaran 43 dolar AS per barel, dan harga batubara pun turun sebesar 23 persen atau berada di tingkat 52 dolar AS per ton.
Namun demikian, harga minyak kelapa sawit sejak Juni sudah membaik dengan cepat dan sudah mencapai 753 dolar AS per ton, atau sudah sama dengan sebelum harga COVID-19 pada Desember 2019. Harga karet pun membaik sebesar 20 persen (ytd) mencapai 2 dolar AS per kilogram.
Baca juga: Sri Mulyani perkirakan ekonomi 2020 tumbuh minus 1,7-minus 0,6 persen
Baca juga: Satgas PEN yakin paket stimulus mampu ungkit ekonomi kuartal III 2020
Baca juga: OJK perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 minus dua persen
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020