Kita tidak harus ketergantungan terhadap beras, tetapi juga pangan nonberas

Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan bahwa pihaknya sebagai mitra Kementerian Pertanian, turut memaksimalkan potensi pangan lokal, khususnya sebagai sumber karbohidrat, guna mengurangi ketergantungan terhadap beras.

Dalam memperingati HUT ke-49 yang jatuh pada Rabu ini, KTNA mengangkat tema Memaksimalkan Pangan Lokal untuk turut menggerakkan dan mengembangkan pangan lokal, mengingat adanya potensi krisis pangan dunia sebagai dampak pandemi COVID-19, seperti yang diperingatkan oleh Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO).

"Kita tidak harus ketergantungan terhadap beras, tetapi juga pangan nonberas karena memang FAO sudah memberikan warning bahwa dunia akan dilanda kelaparan," kata Winarno dalam webinar di Jakarta, Rabu.

Winarno menyebutkan bahwa sejumlah tanaman pangan lokal tidak kalah dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia, setelah melalui pengolahan yang baik. Tanaman tersebut, antara lain sorgum, sagu, jagung, ubi jalar, ubi kayu dan sukun.

Saat ini, Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman.

Sementara itu, banyak masyarakat di pedesaan, terutama di kawasan timur, yang masih terbiasa memakan jagung, ubi jalar, atau sagu sebagai makanan pokok sehari-hari, dan hidup pun sehat, kuat, cerdas.

Menurut Winarno, masyarakat tersebut tidak harus makan beras/nasi atau gandum. Selain itu, karbohidrat lainnya pun bisa diperoleh dari buah-buahan, sayuran hijau, dan kacang-kacangan, sehingga bahan pokok tak perlu didatangkan dari luar, apalagi impor.

"Hal ini sesuai dengan moto pencanangan nasional gerakan diversifikasi pangan sehat dengan pangan lokal dan kenyang Tidak Harus Nasi. Gerakan ini mengajak semua pihak untuk mulai mengkonsumsi pangan-pangan lokal selain bersumber dari beras dan gandum," kata dia.

Melalui gerakan ini, dalam lima tahun ke depan, Kementan menargetkan penurunan konsumsi beras nasional sebesar 7 persen. Khusus tahun 2020, rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 per kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun. Hingga tahun 2024 mendatang, ditargetkan konsumsi sudah turun 7 persen ke posisi 85 per kg per kapita per tahun.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, KTNA bekerjasama dengan Kementan dan pemerintah daerah akan memaksimalkan pangan lokal. Upaya ini akan dilakukan melalui bimbingan dan pelatihan perbaikan budidaya dan penanganan pasca panen pangan lokal kepada petani sesuai potensi daerah oleh penyuluh PNS dan penyuluh swadaya dari KTNA di BPP atau Kostratani.

Baca juga: KTNA desak pemerintah segera salurkan tambahan pupuk subsidi
Baca juga: Kuota turun, KTNA sebut tiga kabupaten kelangkaan pupuk bersubsidi
Baca juga: Pupuk Kaltim-KTNA Banyuwangi panen demplot dukung ketahanan pangan

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020