Yogyakarta (ANTARA News) - Multikultur merupakan potensi yang tidak akan pernah mati dalam pembuatan karya film, karena ada keberagaman di dalamnya, kata sutradara film Garin Nugroho.
"Jadi, peluang yang bisa dilakukan mahasiswa untuk membuat karya film multikultur masih terbuka," katanya pada diskusi film bertema `Menghidupkan gagasan multikultur dalam film`, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu.
Menurut dia, karya multikultur tidak semata-mata menampilkan pulau-pulau, karena multikultur mencakup semua aspek. Perkumpulan orang Batak yang menyukai sepeda, juga menggambarkan multikultur.
"Multikultur dapat digunakan untuk berbagai hal, seperti peta politik, budaya, komunikasi, dan komunikasi budaya. Selain itu, juga dapat digunakan untuk membaca politik, dan sebagai sarana untuk melakukan kritik," katanya.
Ia mengatakan untuk membuat karya multikultur yang baik, dalam proses pembuatannya harus mampu membaca multikultur. Membaca multikultur tidak sekadar membaca konsep, tetapi ikut mengalami segala unsur kehidupan, sehingga mampu menangkap gejala multikultur.
"Misalnya akan membuat sebuah film yang menggambarkan sebuah perkampungan. Detil kegiatan perkampungan tersebut harus jelas. Ternak apa yang pertama kali dikeluarkan, jam berapa, tempatnya di mana," kata sutradara film Opera Jawa ini.
Selain itu, menurut dia, yang juga perlu diperhatikan adalah matahari terbit jam berapa, di sebelah barat pohon atau timur pohon.
"Hal itu menentukan pencahayaan kamera ketika pengambilan gambar, sehingga setiap gejala harus dilihat dan ditangkap secara detil," katanya.
Menurut Garin, kunci keberhasilan dalam pembuatan karya multikultur terletak pada kedisiplinan. Disiplin pada sasaran dan riset yang dilakukan, sehingga riset benar-benar mendalam.
"Namun demikian, dalam membuat karya multikultur tidak perlu takut hasilnya jauh dari sempurna atau tidak sempurna," katanya.
(U.B015/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010