NU memiliki selawat badar yang diciptakan menjelang pemberontakan PKI pada tahun 1965.
Jakarta (ANTARA) - Ustaz Alfian Tanjung akhirnya menyampaikan permintaan maaf kepada GP Ansor, Banser, dan keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) atas pernyataan dan ujaran kebencian yang disampaikannya.
Permintaan maaf itu disampaikan Alfian secara terbuka dalam konferensi pers bersama Pengurus Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang digelar secara virtual, Rabu.
Pengurus GP Ansor yang hadir dalam konferensi pers itu, antara lain Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rochman dan Waka Satkornas Banser Hasan Basri Sagala.
Alfian sebelumnya telah bertemu dengan Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas pada tanggal 8 September 2020 dan menandatangani perjanjian perdamaian yang memuat sejumlah poin.
Di antara poin yang disepakati adalah Ustaz Alfian Tanjung adalah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada keluarga besar Ansor dan NU.
Baca juga: Polisi periksa sembilan saksi dalam kasus Ustadz Alfian Tanjung
"Kata maaf menjadi bagian yang harus saya kedepankan, sebagai subjektif ada bagian tertentu dari hal-hal yang pernah saya sampaikan dianggap tidak berkenan dan sudah diproses," katanya.
Atas pernyataan yang telah disampaikannya dan telah menyinggung perasaan segenap keluarga besar NU, GP Ansor, dan Banser, Alfian menyampaikan permintaan maaf.
"Sesungguhnya ini bulan September, 9 hari lagi kita kenal dengan (peringatan) 30 September. Pejuang yang paling dikenal dalam kudeta berdarah (PKI) tahun 1948 dan 1965 adalah temen-temen pemuda Ansor, itu fakta sejarah," ujarnya.
Lebih lanjut, Alfian juga berjanji akan meningkatkan kualitas dan kapasitasnya, serta mengajak kalangan muda di Ansor dan Banser untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik.
Baca juga: Kejaksaan eksekusi Alfian Tanjung
Sementara itu, Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rochman mengatakan bahwa Alfian Tanjung telah menyampaikan permintaan maaf secara lisan maupun tertulis kepada keluarga besar NU, Ansor, dan Banser.
"Sebagai sesama muslim, sesama warga bangsa Indonesia, tentu kami menerima permintaan maaf karena kita ingin kehidupan tetap rukun dan damai," katanya.
Apalagi, kata dia, kedua pihak disatukan oleh satu pandangan keagamaan yang sama dan kebangsaan yang sama.
Adung menegaskan bahwa keluarga besar NU sampai sekarang ini masih mewaspadai bahaya laten PKI, salah satu buktinya dengan terus dilantunkannya selawat badar dalam berbagai kesempatan.
Ulama di lingkungan NU, kata dia, memiliki selawat badar yang diciptakan menjelang pemberontakan PKI pada tahun 1965, dan selawat tersebut sangat dikenal sampai saat ini dan masih terus dilantunkan.
Baca juga: Jaksa ajukan kasasi putusan lepas Alfian Tanjung
"Selawat badar diciptakan untuk membentengi dan mewaspadai kader-kader NU, Ansor, dan Banser dalam melawan PKI waktu itu. Sampai sekarang masih kami nyanyikan. Artinya, dalam bawah sadar kami tetap dalam situasi masih mewaspadai (PKI)," katanya menegaskan.
Sebagaimana diketahui, beredar video Alfian Tanjung sedang menyampaikan pidato di hadapan jemaah yang di antaranya menyebut kader-kader Ansor Banser saat ini keturunan PKI.
"Karena dahulu yang membunuh ulama itu adalah Pemuda Rakyat PKI, ketika terjadi serangan balik oleh Banser, Banser membunuh orang-orang PKI. Maka, tidak semua orang-orang PKI itu tidak diselesaikan, terutama yang tokoh-tokohnya. Akibatnya tokoh-tokoh PKI masa lalu punya anak, punya cucu jadi pengurus Banser," ujar Alfian dalam video yang beredar.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020