Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC) IPB Univerity Prof Dr. Irmanida Batubara berhasil membuat formula anti jerawat dan anti penuaan dini dengan bahan dari batang ranting nyirih.
"Hasil uji penelitian secara in vivo terhadap 30 responden menunjukkan adanya peningkatan kelembaban kulit sebesar 30 persen dan berkurangnya kerutan pada kulit sebesar 17 persen. Hasil ini diperoleh setelah empat pekan pemakaian produk kosmetik yang mengandung batang ranting nyirih," ujar Prof Irmanida tentang riset yang merupakan kerja sama dengan PT Martina Berto, Tbk itu dalam keterangan resmi IPB University yang diterima di Jakarta pada Rabu.
Menurut peneliti dari Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University itu, ide awal riset berasal dari penggunaan kulit buah nyirih secara tradisional oleh masyarakat di Sulawesi.
Masyarakat di Sulawesi Tengah seperti Desa Ampana, Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una telah menggunakan kulit buah nyirih, atau kuntau menurut bahasa daerah Ampana, untuk perawatan kulit sehari-hari dan persiapan calon pengantin wanita.
Baca juga: IPB University latih puluhan calon 'dokter pohon'
Baca juga: IPB University luncurkan sistem pemantauan lahan digital
Selain itu, masyarakat di daerah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan juga sudah memanfaatkan bijinya untuk dimanfaatkan sebagai anti jerawat.
Penelitian awal tanaman nyirih sudah dilakukan pada 2009 dengan data hasil skrining memperlihatkan bahwa batang ranting nyirih merupakan sumber antioksidan yang baik. Berdasarkan hasil tersebut, penelitian terhadap ranting nyirih dilanjutkan untuk mengetahui manfaatnya lebih dalam sebagai bahan baku untuk produk kosmetik.
Terkait kandungan dari batang ranting nyirih, Irmanida mengatakan bahwa saat ini pihaknya baru mendapatkan informasi adanya kandungan xylocenssin K yang memiliki aktivitas antioksidan dan antiaging melalui mekanisme H2O2 scavenger pada sel khamir.
Meski demikian, dia menegaskan bahwa produk kosmetik hasil inovasi tanaman nyirih itu belum dikomersialkan di pasar, akan tetapi telah tersedia produk prototipe dalam bentuk gel dan krim.
Menurut dia masih diperlukan studi lanjutan terkait inovasi itu seperti studi pasar dan keinginan. Selain itu, ketersediaan dan standardisasi bahan baku juga perlu disiapkan sebelum komersialisasi.
"Saya berharap riset ini dapat dilanjutkan sampai komersialisasi sehingga dapat memperkaya pasar produk kosmetik dengan bahan baku lokal serta mengangkat budaya Indonesia untuk lebih dikenal baik secara nasional maupun internasional," ujarnya.*
Baca juga: Sistem "traceability" bisa bantu atasi mafia sapi, kata pakar IPB
Baca juga: Wali Kota Bogor: Rektor IPB jalani isolasi di Sentul
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020