Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur konsisten melakukan tes di wilayah setempat sebagai salah satu upaya menghentikan penularan COVID-19.
"Tak hanya konsisten, tapi juga terus ditingkatkan," ujar Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Selasa.
Berdasarkan data per hari ini, telah dilakukan sebanyak 933.082 tes cepat dan 288.304 tes usap.
Menurut dia, angka tes cepat ini merupakan yang tertinggi di Indonesia, sedangkan tes usap dalam periode Mei 2020 hingga September 2020 menjadi provinsi dengan tes tertinggi kedua setelah DKI Jakarta.
Baca juga: Pemprov Jatim minta kepala daerah waspadai klaster penyebaran COVID-19
Data lainnya, positivity rate mingguan di Jatim per Juli 2020 sempat mencapai 31 persen, tetapi per minggu ini sudah turun menjadi 16 persen.
"Alhamdulillah, kurva jumlah tes usap harian di Jatim terus konsisten naik, dan diikuti penurunan positivity rate. Ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan tes dan isolasi mulai membuahkan hasil," ucapnya.
Sementara itu, terkait treatment, menurut dia, Jatim hingga saat ini menjadi provinsi dengan kesembuhan tertinggi di Pulau Jawa secara persentase.
"Per sore ini kesembuhan telah mencapai 82,04 persen setara dengan 33.978 orang jauh di atas rata-rata nasional, yang tercatat 72,9 persen," katanya.
Baca juga: Pemprov Jatim usulkan 330 korban COVID-19 terima santunan
Saat ini, kata dia, pasien konfirmasi yang dirawat di Jatim sebanyak 4.424 pasien atau setara 10,68 persen, sedangkan jumlah tempat tidur isolasi juga tercatat tertinggi di Indonesia, yakni 6.611 unit dan ICU sebanyak 860 unit.
"Jatim terus menambah tempat tidur isolasi. Maret lalu kami hanya memiliki 44 RS rujukan dengan 565 unit, sekarang sudah ada 127 RS rujukan dengan 6.611 tempat tidur," katanya.
Sementara itu, optimalisasi pengobatan juga akan dilakukan dengan mengacu kepada pedoman yang terstandar oleh Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi.
Baca juga: Pemprov Jatim bagikan paket internet gratis untuk siswa
"Selanjutnya, untuk mencegah obat yang habis, early warning system akan dikembangkan guna memastikan kebutuhan obat cukup untuk menurunkan kematian di ICU isolasi," tuturnya.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020