Kabul (ANTARA News) - Taliban, Selasa membantah laporan yang menyatakan komandan militer tertingginya, Mullah Abdul Ghani, telah ditangkap di Karachi, Pakistan, dalam serangan rahasia yang dilakukan pasukan intelijen Pakistan dan Amerika Serikat.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan, Ghani, yang dikenal oleh kalangan Taliban sebagai Mullah Baradar, saat ini masih berada di Afghanistan dan aktif mengorganisasikan kegiatan politik dan kelompok-kelompok militer, sebagaimana dikutip dari Reuters.
"Dia tidak ditangkap. Mereka ingin menyebarkan rumor ini untuk memecah perhatian rakyat dari kekalahan mereka di Marjah, dan membingungkan publik," kata Zabihullah Mujahid kepada Reuters.
Juru bicara tersebut merujuk pada serangan NATO yang dipimpin Amerika Serikat di provinsi Helmand, Afghanistan.
Dalam laporan dari Washington, kantor berita Inggris Reuters mengatakan, komandan tertinggi Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, telah ditangkap di Karachi, Pakistan, dalam serangan rahasia yang dilakukan oleh pasukan intelijen Amerika Serikat dan Pakistan, kata surat kabar The New York Times, Senin.
Dengan mengutip pernyataan para pejabat pemerintah AS, The New York Times mengatakan Mullah Baradar, yang disebut sebagai tokoh Taliban terpenting sejak dimulainya perang Afghanistan, telah ditahan selama beberapa hari di Pakistan, dan sedang diinterogasi oleh intelijen AS dan Pakistan.
Sementara itu Kantor Berita Prancis, AFP, melaporkan dari New York, pasukan intelijen AS dan Pakistan telah menangkap komandan tertinggi Taliban itu dalam operasi gabungan rahasia di Karachi, Pakistan.
Mullah Baradar disebut-sebut sebagai tokoh Taliban terpenting sejak awal perang di Afghanistan delapan tahun lalu. Dia adalah tokoh penting kedua setelah pendiri Taliban, Muhammad Umar.
Mullah Baradar adalah rekan dekat pemimpin Al Qaida Osama bin Laden sebelum serangan 11 September 2001 terhadap AS.
Para pejabat AS yang tak disebut namanya mengatakan setiap hari mereka berharap bisa menangkap pejabat-pejabat senior lain Taliban.
The New York Times mengatakan mereka sedang mengkaji penangkapan Baradar, Kamis, namun menunda memberitakan hal itu atas permintaan Gedung Putih, karena takut hal itu akan menjadi perintang bagi pihak intelijen untuk mensukseskan upaya-upaya mereka.
Surat kabar itu juga menerbitkan tulisan setelah para pejabat AS mengakui tentang penangkapan Baradar tersebut diketahui makin meluas di kawasan itu.(H-AK/A024)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010