Mereka mengikuti jejak Facebook dan Google yang telah membangun pusat data di SingapuraJakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VI DPR Abdul Hakim Bafagih mendorong Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk menarik investasi penyedia aplikasi yang banyak digunakan masyarakat Indonesia, di antaranya Zoom dan Tiktok.
“Kalau kita dibandingkan dengan Singapura, baik dari sisi jumlah pengguna maupun jumlah revenue antara Singapura dengan Indonesia, jelas lebih banyak di Indonesia. Kita ini sangat potensial,” kata Abdul lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut Abdul, sejumlah perusahaan raksasa teknologi seperti Tencent Holdings, ByteDance, Zoom, dan Twitter berencana berinvestasi di Singapura.
“Mereka mengikuti jejak Facebook dan Google yang telah membangun pusat data di Singapura,” ujar Abdul.
Padahal, sambungnya, pengguna di Indonesia jauh lebih besar daripada Singapura.
TikTok dan Facebook misalnya, mencatatkan masing-masing 30,7 juta dan 140 juta pengguna di Indonesia. Sementara di Singapura, total jumlah pengguna dua aplikasi itu tak sampai 10 juta.
Legislator milenial itu lantas berharap, pada Tahun Anggaran 2021 mendatang, BKPM mampu menarik investasi keduanya.
Ia melihat ada dua mata anggaran yang cukup besar di Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal dan Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal yang dapat digunakan untuk menjaring potensi-potensi investasi baru.
"Ini kalau ditotal jumlahnya mendekati Rp300 miliar. Mudah-mudahan kita bisa efektiflah. Jadi kita bisa tarik potensi-potensi yang dimiliki oleh negara kita," ungkap Abdul.
Ia juga mengingatkan agar jangan sampai potensi-potensi yang ada di Indonesia justru dimanfaatkan dan lebih menguntungkan negara-negara lain.
"Hal ini harus menjadi catatan tersendiri bagi BKPM," pungkas Abdul.
Baca juga: Stabilitas sosial dinilai penting untuk gaet relokasi investasi
Baca juga: Izin dipermudah, BKPM sebut tujuh perusahaan relokasi ke Indonesia
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020