Peserta akan dibagi menjadi kelompok perjalanan yang masing-masing terdiri dari 40 orang

Denpasar (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melibatkan 4.000 peserta dalam program pemulihan pariwisata bertajuk "We Love Bali" sebagai salah satu stimulus agar ekonomi dan pariwisata di Pulau Dewata mulai bergeliat di tengah pandemi COVID-19.

"Program ini juga bertujuan untuk mengedukasi dan mengevaluasi penerapan protokol CHSE (cleanliness/kebersihan, health/kesehatan, safety/keamanan, dan environment/ramah lingkungan) yang telah dilaksanakan di daya tarik wisata maupun hotel tempat menginap," kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizky Handayani, di Denpasar, Selasa.

Para peserta kegiatan "We Love Bali" bisa dari unsur dosen, guru, mahasiswa, ASN, karyawan perusahaan swasta, karyawan biro perjalanan wisata, kelompok sadar wisata, komunitas hobi, fotografer, influencer dan media massa dengan usia 18-50 tahun. Kegiatan dijadwalkan pada Oktober dan November 2020.

"Melibatkan 4.000 peserta, tetapi tidak sekaligus. Peserta akan dibagi menjadi kelompok perjalanan yang masing-masing terdiri dari 40 orang," ujar Rizky pada acara temu media terkait rencana program "We Love Bali" itu.

Peserta akan melakukan perjalanan keliling Bali selama 3 hari 2 malam dan menginap secara bergiliran di kawasan-kawasan pariwisata yang ada di Bali. Ada 10 rute atau trip yang disiapkan, yang merupakan destinasi wisata yang ada di seluruh Bali.

Dalam program yang disiapkan dengan anggaran sebesar Rp20 miliar itu, pihaknya juga bekerja sama dengan PAWIBA untuk urusan transportasi, HPI, dan PHRI untuk hotel-hotel yang digunakan untuk menginap, yang juga telah memiliki Sertifikat Tatanan Kehidupan Era Baru.

Di setiap daya tarik wisata pun akan dilibatkan UMKM sebagai penyedia cenderamata yang akan dijual kepada para peserta.

"Para peserta selain mengevaluasi penerapan protokol CHSE, juga diminta untuk mempromosikan pariwisata Bali Era Baru kepada masyarakat luar melalui media sosial masing-masing dengan memposting tempat-tempat yang sudah dikunjungi," kata Rizky.

Menurut dia, Bali yang selama ini per tahunnya rata-rata dikunjungi 6 juta wisman dan 10 juta wisatawan domestik, tetapi karena pandemi COVID-19 saat ini pariwisatanya menjadi terpuruk.

"Dengan program ini, kami berusaha untuk turut menggerakkan industri pariwisata di Bali karena akan melibatkan sekitar 350 pelaku industri pariwisata dan 8.000 pekerja, serta pelaku UMKM," kata Rizky.

Untuk program "We Love Bali" selain melihat implementasi CHSE, nantinya akan ada kegiatan "simakrama" yang merupakan kegiatan untuk mengundang seluruh pelaku pariwisata dari seluruh Bali.

Kegiatan tersebut untuk menyamakan persepsi tentang langkah-langkah yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dalam adaptasi dan pemulihan pariwisata Bali agar perekonomian Bali segera bisa bangkit.

Rencananya kegiatan akan dilaksanakan dalam lima tahap di lima tempat yang berbeda dengan menghadirkan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali serta narasumber yang berkompeten.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa sangat mengharapkan bantuan media dan juga masyarakat untuk mengevaluasi penerapan protokol CHSE di kalangan industri pariwisata yang sebelumnya telah dilakukan verifikasi.

"Mari kita bersama-sama membangun image bahwa Bali telah berupaya maksimal untuk penanganan COVID-19. Sebenarnya sudah banyak yang rindu ingin ke Bali. Kita butuh kolaborasi yang besar untuk kembali membangkitkan pariwisata," ucapnya.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizky Handayani beserta para pembicara lainnya (Antaranews Bali/Ni Luh Rhisma/2020)


Selain itu, momentum tersebut hendaknya juga digunakan untuk bisa mengkampanyekakan pentingnya penerapan protokol kesehatan dan bisa memerangi COVID-19 supaya kasusnya melandai.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menambahkan, dalam trip keliling Bali itu selain mengedukasi protokol CHSE, selain mengkampanyekan pentingnya penggunaan transaksi nontunai.

Akibat pandemi, pihaknya memprediksi ekonomi Bali masih akan mengalami kontraksi hingga triwulan IV-2020, namun tidak sedalam kondisi triwulan II yang -10,98 persen. "Kita harus optimistis ekonomi Bali terus membaik," ucapnya.

Trisno juga menyampaikan sejumlah strategi untuk menahan laju penurunan kontraksi agar tidak semakin dalam diantaranya dengan mempercepat absorpsi belanja pemerintah, akselerasi kredit bank (termasuk BPD) ke sektor riil dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Baca juga: Kemenparekraf promosi program "We Love Bali" saat pandemi COVID-19
Baca juga: Luhut: Pemerintah tak ingin buka pariwisata Bali tanpa batas
Baca juga: BIN dukung pertumbuhan pariwisata Bali yang aman berdasarkan prokes

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020