Pemerintah sudah menggunakan anggaran, yang terlihat ada kenaikan 14 persen belanja pemerintah pada Agustus 2020
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan peningkatan realisasi belanja pemerintah yang terus dipercepat hingga akhir 2020 akan menjadi momentum pembenahan kinerja perekonomian agar tidak terkontraksi terlalu dalam.
"Pemerintah sudah menggunakan anggaran, yang terlihat ada kenaikan 14 persen belanja pemerintah pada Agustus 2020, termasuk akselerasi belanja pemulihan ekonomi," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers perkembangan APBN di Jakarta, Selasa.
Sri Mulyani memastikan realisasi belanja pemerintah itu akan menopang pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, meski triwulan III-2020 diperkirakan masih berada di zona negatif atau sama seperti triwulan sebelumnya.
Baca juga: Sri Mulyani: Pendapatan negara turun 13,1 persen
"Peningkatan kinerja belanja pemerintah dan ekonomi yang bergerak positif, menunjukkan perbaikan yang signifikan. Realisasi ini akan terus diakselerasi dan diharapkan menopang pertumbuhan di kuartal tiga," kata Sri Mulyani.
Meski demikian, Sri Mulyani mengakui konsumsi dari sisi pemerintah belum bisa menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, karena kinerja konsumsi rumah tangga, investasi maupun ekspor belum pulih sepenuhnya.
"Aktivitas ekonomi kita sudah membaik dan perlu dijaga dengan pelaksanaan protokol kesehatan. Instrumen fiskal akan terus mendukung kebijakan kesehatan maupun pemulihan ekonomi dan melindungi masyarakat," kata Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani perkirakan ekonomi 2020 tumbuh minus 1,7-minus 0,6 persen
Dalam kesempatan tersebut, ia juga melakukan revisi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2020 dari semula minus 1,1 persen hingga 0,2 persen menjadi minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen.
Satu-satunya komponen pengeluaran yang masih bisa berkontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia hingga akhir 2020 adalah konsumsi pemerintah yang diperkirakan tumbuh 0,6 persen hingga 4,8 persen.
Sedangkan, konsumsi rumah tangga pada akhir 2020 diperkirakan tumbuh negatif minus 2,1 persen-minus 1 persen, PMTB terkontraksi minus 5,6 persen-minus 4,4 persen dan ekspor tumbuh negatif minus 9 persen-minus 5,5 persen.
Dengan perkiraan tersebut, maka Indonesia dipastikan mengalami resesi atau pertumbuhan negatif, sama seperti yang dialami negara-negara besar maupun berkembang lainnya karena terdampak oleh COVID-19.
Baca juga: Sri Mulyani: Tingkatkan manfaat barang milik negara untuk atasi COVID
Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020