Banda Aceh (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya 35 siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri I dan II Banda Aceh, kesurupan sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut terhenti.
Wartawan ANTARA News di Banda Aceh, Senin, melaporkan, beberapa siswi yang sebelumnya terdiam namun tiba-tiba histeris sambil mengucapkan kata-kata antara lain "Lepaskan aku. Aduh sakit," dan langsung jatuh lemas tak sadarkan diri.
Saat siswi keserupan, pelajar lainnya terutama pria langsung berupaya mengamankan dengan memboyong korban ke dalam kelas dan ruang mushalla di komplek SMK yang pembangunannya merupakan bantuan Pemerintah Jerman.
Kepanikan pun terlihat saat satu persatu siswi "tumbang" kesurupan roh halus. Jeritan terdengar dari satu ruang ke ruang lainnya, termasuk mushalla di komplek SMK, I,II dan III di jalan Malikulsaleh, Kecamatan Bandar Raya Kota Banda Aceh itu.
Para guru mengaku sulit mengatasi siswi keserupan tiba-tiba tersebut. Banyak siswa meronta karena kesakitan dan bersuara keras saat kesurupan terjadi.
"Kesurupan roh halus terhadap siswi di sekolah kami terjadi pada Jumat dan Sabtu (12-13/2), namun tidak separah kejadian hari ini," kata Mahyuddin, salah seorang guru SMK Negeri II Banda Aceh.
Para guru terpaksa mendatangkan lima "orang pintar" untuk mengeluarkan roh halus bagi korban karena jumlah siswi kesurupan mencapai lebih 30 orang.
Kesurupan massal di SMK tersebut mengakibatkan siswi lainnya trauma dan takut masuk ruang kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah terhenti.
Untuk mengantisipasi kesurupan tidak menjalar ke siswi lainnya, para dewan guru meliburkan kegiatan belajar mengajar meski saat ini sedang berlangsung ujian kompetensi di sekolah tersebut.
"Kami menyuruh mereka pulang karena khawatir bertambah korban kesurupan, terutama siswi. Ada diantara siswa yang telah dijemput orang tuanya," kata Kepala SMK Negeri II, Sofyan.
Orang tua seorang siswi SMK II, Adi menyebutkan, anaknya trauma akibat kejadian kesurupan di sekolah. Anaknya kini harus istirahat dan pada waktunya nanti masuk sekolah lagi, katanya.
"Anak saya betul-betul trauma, tidak berani masuk kelas meski hanya untuk mengambil tasnya. Anak saya kelihatan ketakutan sekali atas peristiwa tersebut," kata Adi.(A042/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010