Rusia merupakan mitra yang tepat bagi Indonesia untuk pengembangan sumber energi alternatif dan energi terbarukan

London (ANTARA) - Wakil Duta Besar (Dubes) RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus Azis Nurwahyudi mengatakan Indonesia dan Rusia memiliki potensi besar di sektor energi karena didukung karakteristik konsumsi energi yang mirip.

Hal itu mengemuka pada webinar dengan tema "Memanfaatkan Potensi Kerja Sama Energi Indonesia-Rusia” yang diadakan Senin (21/9) sebagai bagian dari rangkaian kegiatan 70 tahun hubungan Indonesia-Rusia.

Pensosbud KBRI Moskow, Enjay Diana kepada Antara London, Selasa, mengatakan sebanyak 85 peserta perwakilan dari pihak pemerintah, pelaku bisnis di sektor energi, serta akademisi Indonesia dan Rusia berpartisipasi pada webinar.

Baca juga: Dorong investasi EBT, pemerintah perkuat kerja sama dengan IEA

Pada kesempatan itu Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Ngurah Swajaya mengatakan perlunya kolaborasi untuk mendorong diversifikasi pasokan energi sebagai kunci ketahanan dan kemandirian energi nasional dalam menghadapi ancaman pandemi Covid-19 dan kemungkinan disrupsi lain di masa mendatang.

Pasokan energi di Indonesia dan Rusia selama ini memang masih didominasi oleh energi fosil. “Penggunaan energi fosil yakni migas dan batu bara mencakup 69 persen konsumsi energi di Indonesia, hal ini serupa dengan Rusia dimana 75 persen konsumsi energi berasal dari gas dan batubara”, ujar Dirjen Ngurah.

“Rusia merupakan mitra yang tepat bagi Indonesia untuk pengembangan sumber energi alternatif dan energi terbarukan” kata Wakil Presiden Business Russia, Nonna Kagramanyan.

Baca juga: Selandia Baru ajak Indonesia perkuat energi bersih pascapandemi

Webinar menghadirkan tiga narasumber yaitu Kepala Indonesian Investment Promotion Center (IIPC) London Aditia Prasta, Pakar Energi Indonesia Toronota Tambun, dan Direktur MKS Group Maxim Zargonov.

Kepala IIPC London Aditia Prasta menyatakan Indonesia memiliki kepentingan dalam pengembangan energi terbarukan

“Indonesia saat ini memiliki target 23 persen energi baru dan terbarukan pada tahun 2025, sesuai dengan amanat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)” ujarnya.

Di sisi lain, Pakar Energi Indonesia Toronata Tambun menyatakan di masa mendatang Indonesia masih akan memiliki kebutuhan yang besar pada energi fosil, sehingga tidak bisa hanya bergantung pada energi baru dan terbarukan.

“Para pelaku usaha Rusia di bidang energi harus memandang ini sebagai opportunity untuk melakukan investasi di Indonesia, bukan hanya untuk Energi Baru dan Terbarukan (EBT) tetapi juga pengembangan energi fosil menggunakan clean technology,” ujarnya.

Baca juga: Selandia Baru siap bantu Indonesia perkuat industri energi panas bumi

Menanggapi para pembicara Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) Tri Mumpuni, menyatakan pentingnya berinvestasi pada teknologi energi yang berbasis pemberdayaan masyarakat setempat.

“Indonesia membutuhkan teknologi pembangkit energi micro-hydro dan micro-geo-thermal untuk dapat dijangkau oleh masyarakat di pulau-pulau terpencil di Indonesia,” ujar Tri.

Hal ini langsung ditanggapi Direktur MKS Group Maxim Zargonov sekaligus Presiden Asosiasi Pembangkit Tenaga Listrik Rusia Maxim Zargonov yang mengatakan bahwa pihaknya memiliki teknologi pembangkit listrik tersebut dan siap bekerja sama dengan Indonesia untuk pengembangan teknologi dimaksud.

Sebagai tindak lanjut webinar, KBRI Moskow akan membentuk platform komunikasi yang dapat digunakan oleh pelaku bisnis energi Rusia dan Indonesia untuk merealisasikan kerja sama di bidang energi tersebut.

Baca juga: Peringatan 70 tahun RI - Rusia momentum kemitraan strategis.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020