Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi masih mencari tiga orang yang diidentifikasi hanyut akibat banjir bandang.
"BPBD Kabupaten Sukabumi mencatat 20 orang mengalami luka-luka dan 210 keluarga mengungsi dari Kecamatan Cicurug. Hingga pukul 22.00 WIB Senin (21/9), petugas masih mendata di tiga kecamatan terdampak," kata Raditya melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Banjir bandang di Sukabumi karena hujan lebat dipicu gelombang Rossby
Baca juga: 12 rumah di Sukabumi hanyut 85 terendam banjir bandang
Raditya mengatakan tiga kecamatan yang terdampak banjir bandang di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah Kecamatan Cicurug, Kecamatan Parung Kuda, dan Kecamatan Cidahu.
Lima desa yang terdampak banjir di Kecamatan Cicurug adalah Desa Pasawahan, Cisaat, Mekarsari, Bangbayang, dan Kelurahan Cicurug. Sedangkan desa terdampak di Kecamatan Parung Kuda adalah Desa Langensari dan Desa Kompa.
"BPBD Kabupaten Sukabumi mengidentifikasi kerusakan di tiga kecamatan tersebut, yaitu 306 rumah terendam dengan enam rumah rusak berat dan tiga rumah rusak sedang. Sarana publik yang terdampak, antara lain 10 jembatan rusak berat dan satu mushola terendam," tuturnya.
Hujan dengan intensitas tinggi pada Senin (21/9) menyebabkan Sungai Citarik-Cipeuncit meluap pada pukul 17.00 WIB yang menyebabkan banjir bandang di wilayah Kabupaten Sukabumi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah mengeluarkan peringatan dini cuaca di wilayah Provinsi Jawa Barat untuk Selasa dan Rabu (23/9) dengan potensi hujan disertai kilat atau petir dan angin kencang.
Baca juga: Tiga kecamatan di Sukabumi dilanda banjir
Baca juga: Dua warga Kabupaten Sukabumi hanyut terbawa banjir bandang
BNPB mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap kemungkinan bahaya bencana hidrometeorologi, seperti angin kencang, angin puting beliung, banjir, banjir bandang, atau tanah longsor.
"Angin puting beliung biasanya terjadi saat pergantian musim, dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya," jelas Raditya.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020