Semarang (ANTARA News) - Seorang anggota TNI berpangkat Pembantu Letnan Dua Supriyatno (52) menjadi korban penembakan pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) saat berusaha menggagalkan pencurian tersebut.
Asisten Teritorial Pangdam IV/Diponegoro, Kolonel Arm Sapto Margo Wibowo saat menjenguk korban di Rumah Sakit Tentara (RST) Bhakti Wira Tamtama Semarang, Senin, menjelaskan penembakan tersebut terjadi pukul 04.00 WIB di dekat rumah korban di Jalan MT Haryono RT 1 RW 1 Kalirejo Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.
"Saat itu terjadi curanmor yang dilakukan dua orang berboncengan sepeda motor terhadap tetangga korban," katanya.
Pemilik sepeda motor Suzuki Satria F bernomor polisi H-4112-EN yang hendak dicuri, katanya, berhasil menggagalkan pencurian tersebut setelah sempat melakukan pengejaran dan menabrakan sepeda motor lain yang dikendarainya.
"Setelah terjatuh mereka bertiga terjatuh, salah seorang pencuri yang mempunyai ciri-ciri berbadan tegap, mengeluarkan senjata api jenis pistol dan mengancam akan menembak pemilik sepeda motor yang mengejarnya," ujarnya.
Karena ketakutan, kata dia, pemilik sepeda motor lari menyelamatkan diri.
Ia mengatakan, korban yang mendengar keributan tersebut kemudian keluar rumah dan menangkap salah seorang pencuri sepeda motor.
"Namun tiba-tiba pencuri yang diamankan tersebut menembak tungkai kaki korban sebelah kiri dan melepaskan tembakan ke udara sebanyak satu kali untuk menakut-nakuti warga yang berusaha menangkapnya sebelum melarikan diri," katanya.
Korban yang menderita luka tembak kemudian dibawa oleh sejumlah tetangga dan rekannya ke Rumah Sakit Umum Ungaran namun kemudian dirujuk ke RST Bhakti Wira Tamtama Semarang.
Sapto menambahkan, tindakan korban merupakan bentuk keberanian dan tanggung jawab sebagai anggota TNI yang mengetahui suatu tindak kejahatan.
Kepala RST Bhakti Wira Tamtama, Letnan Kolonel Dadiya, menjelaskan akibat penembakan tersebut korban menderita patah tulang pada tungkai kaki bawah sebelah kiri dan langsung dilakukan operasi yang dimulai pukul 10.00 WIB.
"Selain patah tulang, korban masih mempunyai risiko menderita cacat permanen karena luka tembaknya yang menembus kakinya cukup lebar dan mengenai pembuluh darah," katanya.
Mengenai jarak tembak, ia mengaku tidak dapat memastikan karena tingkat kerusakan tidak selalu berhubungan dengan jarak tembak saja.
"Dari hasil pemeriksaan medis sementara, risiko cacat pada korban masih bisa dicegah namun penyembuhannya diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama," ujarnya.
Sementara itu, Rika (25), anak kandung korban yang menunggu jalannya operasi mengatakan dirinya tidak mengetahui pasti penembakan yang menimpa bapaknya dan hanya mendengar suara tembakan sebanyak dua kali dari luar rumah.
"Setelah mendengar teriakan minta tolong, saya lalu keluar rumah dan sudah melihat bapak tersungkur di tengah jalan karena menderita luka tembak pada bagian kaki," katanya.
Hingga saat ini kasus percobaan curanmor dan penembakan Pelda Supriyatno yang akan pensiun pada April 2010 ini telah ditangani oleh jajaran Kepolisian Resor Semarang.
Barang bukti yang diamankan di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) berupa dua selongsong peluru dan sepeda motor milik tetangga korban yang hendak dicuri.
(ANT/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010