Pantauan Antara, aksi pelemparan batu tersebut dipicu kekecewaan massa yang gagal menemui Kepala PLN Ranting Tanjung Balai Karimun, Edi Firman, untuk menjelaskan tingginya tingkat pemadaman listrik sejak awal Februari ini.
"Kami menagih janji PLN pengentasan krisis listrik dalam tiga bulan, tapi kenyataannya pemadaman listrik semakin meningkat, bahkan di rumah kami sudah dua hari padam," kata seorang demonstran.
Para demonstran juga menuntut Edi Firman untuk mundur sesuai janjinya yang diberitakan di sebuah media cetak lokal.
"Sekarang sudah lebih tiga bulan. Sesuai janji, dia (Edi Firman) harus mundur," kata demonstran, sambil memperlihatkan selembar fotocopy media cetak lokal yang memuat janji tersebut.
Di saat beberapa demonstran sedang berorasi, lemparan batu bertubi-tubi beterbangan menghantam kantor yang terletak di Jalan Pertambangan, Kelurahan Kapling, Kecamatan Tebing itu. Akibatnya, kaca pintu-pintu dan jendela di bagian depan dan samping kanan hancur dihantam batu.
Massa yang berdatangan sekitar pukul 19.00 WIB itu juga berusaha menerobos ke dalam kantor dengan cara merubuhkan pagar, namun upaya tersebut digagalkan polisi yang membuat pagar betis mengamankan massa.
Kapolres Karimun AKBP Imam Santoso berusaha menenangkan massa dengan mengajak beberapa perwakilan untuk menemui staf PLN di bagian belakang kantor.
Tiga perwakilan akhirnya diterima oleh supervisi teknik PLN, Hendrik, yang menjelaskan bahwa Kepala sedang cuti dan saat ini berada di luar daerah.
"Cuma kami yang berada di tempat, selebihnya sedang libur," katanya.
Hendrik juga menjelaskan bahwa pemadaman yang meningkat akhir-akhir ini disebabkan rusaknya salah satu mesin pembangkit, sehingga pasokan daya ke pelanggan berkurang.
"Mesin pembangkit yang baru belum beroperasi karena masih dalam pengerjaan pondasi," katanya.
Amarah massa makin tak terkendali setelah mengetahui Edi Firman tidak berhasil ditemui. Akibatnya, lemparan batu kembali bertubi-tubi menghantam kantor dan nyaris mengenai kepala beberapa wartawan yang sedang meliput aksi unjuk rasa itu.
Massa mulai terkendali setelah Kapolres, tokoh masyarakat Meral Acay Lim, dan anggota DPRD Karimun Jamaluddin memberikan penjelasan dengan membaur di tengah massa.
"Pelemparan batu tidak ada gunanya, lagi pula tidak ada pimpinan PLN yang dapat ditemui," kata Jamaluddin.
Massa yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak itu belum bersedia beranjak karena tuntutan mereka belum juga dikabulkan.
Sebagian massa mulai membubarkan diri satu jam kemudian setelah tiga kompi personil Kodim 0317 dan Kompi Senapan Batalyon Infanteri 134, datang membantu menenangkan massa.
Sebagian lainnya, baru bubar pukul 21.30 WIB setelah pihak PLN menyalakan aliran listrik di rumah mereka.
Mereka juga dijanjikan akan dipertemukan dengan pimpinan PLN, Senin besok.
"Kami menginginkan krisis listrik berakhir selamanya, bukan malam ini saja," kata Acay Lim. (HAM/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010