Jakarta (Antara) -- Diversifikasi instrumen investasi dalam upaya mengantisipasi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dinilai menjadi langkah bijak mengingat kondisi pasar dan keadaan ekonomi yang jauh dari kepastian.


Hal ini diungkapkan oleh praktisi investasi Adrian Maulana di acara Webinar bertajuk 'Bagaimana mengelola investasi pribadi di tengah pandemi' yang digelar oleh PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure), Senin.


"Banyak instrumen investasi yang sepatutnya dimanfaatkan mulai dari emas, saham, sukuk hingga reksadana, yang masing-masing tentunya punya kekurangan kelebihan," ujarnya.


Dampak dari pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia di triwulan kedua 2020 harus terperosok di angka minus 5,32 persen, terburuk sejak triwulan I 1999.


Meskipun demikian, lanjut Adrian, jika menilik lebih dalam dinamika bursa saham, terdapat beberapa emiten yang justru makin moncer, diantaranya emiten teknologi, farmasi dan pangan.


"Meskipun demikian, logam mulia atau emas masih menjadi primadona karena sangat likuid," kata Abang Jakarta 1997 ini.


Senada dengan Adrian, Pemerhati Asuransi & Komisaris Independen Tugure Firdaus Djaelani mengingatkan bahwa instrumen investasi memiliki kelebihan dan kekurangan serta tingkat risiko yang berbeda-beda.


"Yang perlu diingat adalah jika suatu instrumen investasi menawarkan return yang tinggi, maka risiko rugi atau tidak balik modalnya pun tinggi," tukasnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020