Rafah, Perbatasan Mesir-Palestina (ANTARA News) - Relawan "Medical Rescue Commite" (MER-C) Indonesia, menjadi tim pertama asal Indonesia yang akan masuk ke Jalur Gaza di Palestina.
Tim yang terdiri atas tiga dokter dan seorang yang bertugas mendukung keperluan logistik itu masuk ke gerbang perbatasan Kota Rafah, sekitar pukul 15.20 waktu setempat (20.20 WIB), demikian dilaporkan wartawan ANTARA Andi Jauhari, Sabtu.
Relawan yang masuk itu --setelah mendapat rekomendasi KBRI Kairo, Bulan Sabit Merah Mesir dan Mendagri Mesir-- adalah Presidium MER-C dr Jose Rizal Jurnalis, SpOT, dr Indragiri, SpA, dr Syarbini Abdul Muradz dan Moh Mursalim (logistik).
Sedangkan satu anggota relawan lainnya Ir Faried Thalib (logistik), yang juga sudah mendapat izin masuk, tetap tinggal di Kairo dan El-Arish, karena harus mengkoordinasikan bantuan yang akan dikirim masa mendatang, seperti mobil ambulans dan obat-obatan.
Namun, pada saat bersamaan, saat tim sedang diwawancarai wartawan, bom dengan daya ledak besar dan bersuara sangat keras, Sabtu sore sekitar pukul 15.20 waktu setempat (20.50 WIB), dihantamkan pesawat Israel, persis di garis perbatasan Mesir-Palestina di Kota Rafah.
Bom itu jatuh satu menit, saat tim relawan medis MER-C Indonesia, bisa masuk ke Jalur Gaza, melalui Rafah, setelah menunggu hampir dua minggu di Kairo untuk mendapatkan kepastian izin masuk ke Jalur Gaza.
Hantaman bom itu menggetarkan gedung "Arrival Hall" yang menjadi tempat menunggu relawan yang akan masuk ke Rafah Palestina untuk masuk ke Gaza, sehingga membuat kepanikan dan kagetnya orang-orang yang beraktivitas di dalam.
Setelah melalui prosedur pemeriksaan dokumen yang dibutuhkan, empat relawan MER-C Indonesia itu dipastikan menyebrang masuk ke Rafah Palestina untuk menuju Jalur Gaza.
Pada pukul 17.10 waktu setempat (22.10 WIB) dengan menggunakan bus "Gaza City" dengan nomor 08-2822616, tim relawan itu dipastikan sudah menyebrang dari wilayah Mesir dan masuk ke Palestina.
Jose Rizal Jurnalis menyebut tim pertama itu sebagai "tim bedah", dan akan bertugas warga Palestina yang banyak mengalami luka dalam dan patah tulang.
"Tim ini akan mencari informasi kebutuhan apa yang paling dibutuhkan," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009