Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pengemis dari berbagai tempat di Jakarta dan sekitarnya yang memenuhi pelataran Vihara Dharma Bakti, Jalan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Pusat, mengaku kecewa karena pendapatan mereka selama Tahun Baru Imlek 2561 tidak memuaskan.

"Saya di sini sudah dari semalam, Mbak. Tapi duit yang saya dapat cuma Rp9.000," tutur Aini, pengemis asal Tangerang, Banten, saat ditemui di Vihara Darma Bakti, Jakarta, Minggu siang.

Bersama sekitar 500 pengemis lainnya, Aini rela berdesakan di pelataran vihara itu demi mengais rezeki dari warga etnis Tionghoa yang sembahyang di vihara tersebut.

Aini mengaku membawa serta ketiga anggota keluarganya untuk mencari rezeki pada Tahun Baru Imlek itu. Jumlah sebesar Rp9.000 merupakan jumlah gabungan rezeki Aini dan keluarganya. Namun, selain mendapatkan uang, Aini juga mendapatkan minyak goreng dan makanan yang langsung diberikan oleh para dermawan etnis Tionghoa.

Senada dengan Aini, pengemis asal Rangkasbitung bernama Ole mengaku baru mendapatkan uang Rp6.000 dari total tiga anggota keluarganya. Ole mengaku berada di vihara tersebut sejak pukul 06.30 WIB.

Namun, pengakuan kedua pengemis tersebut berbeda dengan pernyataan petugas keamanan di Kawasan Petak sembilan itu.

Petugas Linmas Glodok, Hilman, mengatakan, jika melihat dari jumlah angpao yang dibagikan, setiap pengemis yang sudah berada di vihara itu sejak malam bisa mendapatkan angpao (amplop berisi uang) sebanyak Rp30.000 per orang.

"Tiga puluh ribu (Rp30.000) apanya? Kalau dapat segitu tiap orang, saya dari tadi sudah pulang. Duit segini (Rp6.000) juga paling cuma cukup buat ongkos pulang," sangkal Ole.

Sedangkan Aini mengatakan, dirinya mengamati cara kerja para petugas keamanan. Menurut dia, angpao yang biasanya berisi lembaran uang puluhan ribu hingga seratus ribu justru masuk ke kantong para petugas.

"Saya lihat sendiri, mereka mengambil angpao yang duitnya banyak. Kita-kita ini cuma dikasih yang isinya ribuan aja," tutur Aini.

Sementara itu, Hilman mengatakan, para dermawan etnis Tionghoa biasanya menaruh sumbangan mereka di dalam baskom yang disediakan di pintu masuk vihara, dan para petugas keamanan menunggu hingga baskom tersebut terisi penuh, sebelum membagikan uang angpao itu kepada para pengemis.

"Kalau jumlahnya di baskom belum sampai Rp2,5 juta, kami belum mau membagikan ke pengemis, karena nanti tidak semua pengemis kebagian," kata Hilman yang memperkirakan bahwa petugas keamanan telah membagikan angpao kepada sedikitnya 2.200 pengemis sejak Sabtu (13/2).

Jumlah 2.200 pengemis tersebut, kata Hilman, didapat dari penghitungan jumlah angpao yang dibagikan petugas pada para pengemis sejak Sabtu (13/2).

Menurut Petugas Satpol PP Mahdi, jumlah pengemis tahun 2010 mengalami kemerosotan dibandingkan tahun lalu yang jumlahnya mendekati 8.000 pengemis.

Sampai berita ini diturunkan, petugas gabungan dari Linmas Glodok dan Satpol PP yang berjumlah sekitar 50 orang itu telah membagikan angpao sebanyak 10 kali sejak Minggu pagi.

Mahdi mengatakan, kebanyakan pengemis datang dari Tangerang dan Rangkasbitung. Sebagian besar dari mereka menginap di pelataran vihara mulai Sabtu (13/2) malam hingga Minggu pagi. Para pengemis tersebut tetap bertahan di sana meskipun semalam hujan turun.

Sebanyak 10 petugas Satpol PP dan 36 petugas Linmas Glodok, kata Mahdi, telah dikerahkan untuk menjaga ketertiban dan keamanan Vihara Dharma Bakti. Para petugas pun memasang tali sebagai penanda tempat yang dikhususkan bagi pengemis.

Sementara itu, salah satu pengunjung vihara, Natalia mengakui tidak terganggu dengan banyaknya pengemis di tempat itu karena merupakan hal yang biasa terjadi saat Tahun Baru Imlek.

"Biar aja ada pengemis. Kan kita juga mau bagi-bagi rezeki. Jadi, sekalian aja, nggak usah cari jauh-jauh lagi," kata warga etnis Tionghoa.

Natalia mengaku lebih suka tidak memberikan sedekah langsung pada pengemis, tetapi menaruh uang di dalam baskom untuk kemudian dibagikan oleh petugas kepada pengemis. Cara demikian, kata Natalia, bisa membuat suasana lebih tertib dan teratur.
(L.M-PPS*A041/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010