Muara Teweh (ANTARA News) - Air Sungai Barito di wilayah Kabupaten Barito Utara (Barut) dan Murung Raya (Mura) Kalimantan Tengah dalam sepekan terakhir surut mengakibatkan sejumlah kapal dan tongkang bertonase tinggi terperangkap tidak bisa berlayar.

"Sejak tiga hari lalu angkutan kapal dan tongkang bermuatan batubara bertonase besar tidak bisa berlayar karena sungai surut," kata Petugas Teknis Lalulintas Sungai pada Dinas Perhubungan Barut, Rizalfi di Muara Teweh, Minggu.

Sejumlah kapal pemandu dan penarik (tug boat) maupun tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada beberapa bulan lalu saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar pada beberapa tempat.

Menurut Rizalfi, saat ini ketinggian debit air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh pada Minggu (14/2) siang menunjukkan angka 4,0 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.

"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong ada yang bersandar dan kandas di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," jelasnya.

Kapal dan tongkang kosong yang terperangkap itu mencapai puluhan unit sebagian besar milik perusahaan tambang PT Marunda Graha Mineral yang arealnya di wilayah Kabupaten Murung Raya.

Sebanyak 15 unit tongkang bersandar di kawasan Bukau Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barut, delapan unit di Desa Beras Belangi kawasan pelabuhan khusus (stock file) milik perusahaan pemegang ijin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) itu.

Kemudian itu dua unit sebelum atau wilayah selatan jembatan KH Hasan Basri Muara Teweh.

"Tongkang itu belum sempat memuat batu bara, karena sungai terus surut," katanya.

Selain itu milik investor lainnya yang beroperasi di wilayah Kabupaten Barito Utara semuanya pemegang izin kuasa pertambangan (KP) yang mencapai 19 unit tongkang kosong dan dua unit bermuatan masing-masing puluhan ribu metrik ton batu bara.

"Tongkang yang tidak bisa berlayar ini hampir di semua tempat di wilayah Kabupaten Barito Utara," jelasnya.

Surutnya sungai sepanjang 900 kilometer yang hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya dan mengalir ke wilayah selatan di Kalimantan Selatan itu sekarang sulit diprediksi.

Ia menjelaskan, meski saat ini sudah memasuki musim hujan, namun kenyataannya debit air Sungai Barito turun dan kalau hujan di wilayah hulu hujan maka air kembali naik.

"Kami sulit memprediksi kondisi Sungai Barito," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kelompok tenaga Teknis pada Stasiun Meteorologi Beringin Muara Teweh, Sunardi mengatakan turunnya debit air pedalaman Sungai Barito ini karena curah hujan dalam bulan Pebruari ini hanya 25,1 milimeter di bawah rata-rata.

"Memang saat ini masih musim hujan, namun tingkat intensitas sangat rendah atau jarang," katanya menambahkan.
(T.K009/A014/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010