Jakarta (ANTARA) - Pasangan yang baru menikah di Jepang bisa menerima uang hingga 600.000 yen (Rp85 juta) untuk membiayai hidup mulai April mendatang bila mereka tinggal di kota yang mengadopsi program dukungan pengantin baru Jepang, kata pemerintah setempat, Minggu (20/9).
Angka kelahiran yang rendah akibat kecenderungan masyarakat Negeri Sakura menikah di usia tua atau memilih melajang membuat pemerintah mencoba mendorong tingkat pernikahan melalui program yang ingin menjangkau lebih banyak orang juga dana yang lebih besar, kata sumber di Kantor Kabinet.
Dilansir Kyodo, syarat yang harus dipenuhi adalah pasangan harus berusia di bawah 40 tahun ketika menikah dan punya pendapatan gabungan kurang dari 5,4 juta yen (Rp768 juta).
Hanya 281 kotamadya, atau 15 persen dari semua kota besar, kota kecil dan desa di Jepang, yang telah mengadopsi program tersebut per Juli karena mereka harus menanggung setengah dari biaya.
Namun dalam rangka upaya meningkatkan jumlah dukungan, pemerintah pusat akan menanggung dua pertiga dari fiskal 2021.
Program ini adalah bagian upaya pemerintah mengatasi rendahnya angka kelahiran karena pasangan suami istri cenderung hanya memiliki dua anak, meski rata-rata jumlah anak yang dilahirkan adalah 1,36 tahun lalu dengan rekor kelahiran bayi terendah, yakni 865.000 bayi.
Insentif ekonomi dianggap efektif untuk mendorong warga setempat menikah karena 29,1 persen pria lanjang usia 25 hingga 34 tahun dan 17,8 persen perempuan lajang mengatakan kurangnya dana pernikahan sebagai salah satu alasan melajang, berdasarkan survei National Institute of Population and Social Security Research pada 2015.
Baca juga: Mau menikah? begini tips hitung anggaran agar sesuai bujet
Baca juga: Kiat kelola keuangan setelah pesta pernikahan
Baca juga: Tips gelar pesta pernikahan berbujet minim
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020