Bojonegoro (ANTARA News) - Perayaan hari raya Imlek 2561 di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, diminta tanpa dirayakan dengan menyalakan kembang api.
"Kami mendapatkan informasi perayaan hari raya Imlek di Bojonegoro, di antaranya ada yang akan merayakan dengan menyalakan kembang api," kata Kapolres Bojonegoro, AKBP Agus Saripul Hidayat, Sabtu.
Menurut dia, pihaknya sekarang sedang berusaha mencari kejelasan, adanya rumor perayaan Imlek di Bojonegoro, akan dirayakan dengan menyalakan kembang api.
"Kalau imbauan kami, sebaiknya perayaan hari raya Imlek di Bojonegoro tanpa harus dengan kembang api," katanya.
Alasannya, dengan tanpa kembang api, justru perayaan hari raya Imlek bisa lebih berlangsung dengan khusuk. Dia menjelaskan, pengamanan Imlek di Bojonegoro, dikerahkan satu kompi (sekitar 90) yang akan melakukan pengamanan di Tempat Ibadah Tridharma (TITD) Hok Swie Bio.
Di samping itu, personil yang dikerahkan tersebut, melakukan pengamanan warga keturunan yang merayakan hari raya Imlek di rumahnya masing-masing dan sebagian petugas lainnya melakukan patroli keliling.
"Menjelang Imlek di Bojonegoro, situasi kondusif, kami hanya mendengar adanya rumor perayaan Imlek di Bojonegoro akan diramaikan dengan pesta kembang api," katanya menjelaskan.
Ditemui terpisah Bagian Peribadatan TITD Hok Swie Bio Bojonegoro, Kho Tjiang San menjelaskan, diperkirakan warga keturunan di Bojonegoro, yang merayakan hari raya Imlek, berkisar 500 orang lebih. Sedangkan persiapan sembahyang di TITD Hok Swie Bio, berlangsung dua kali yakni Sabtu pukul 15.00 WIB dan malam hari pukul 12.00 WIB.
"Kami perkirakan peserta sembahyang berkisar antara 50 orang hingga 100 orang," katanya. Menurut ia, sesuai tradisi yang ada, warga keturunan lainnya di Bojonegoro, lebih banyak yang melakukan sembahyang di rumahnya masing-masing.
Menjawab pertanyaan, Kho Tjiang San mengaku, tidak tahu pasti munculnya rumor perayaan hari raya Imlek di Bojonegoro, akan dimeriahkan dengan pesta kembang api."Kalau soal perayaan pesta kembang api, saya kurang tahu pasti," katanya menjelaskan. (ANT/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010