Rupiah mungkin bisa menguat lagi bila ada penegasan The Fed soal pelonggaran moneter AS yang lebih lama

Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan berpotensi menguat seiring kekhawatiran pasar terhadap pemulihan ekonomi di Amerika Serikat.

Pada Senin pukul 9.48 WIB, rupiah menguat 22 poin atau 0,15 persen menjadi Rp14.713 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.735 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, mengatakan, hari ini ada potensi rupiah melanjutkan penguatannya terhadap dolar AS.

"Terlihat pagi ini, nilai tukar regional menguat terhadap dolar AS menyusul kekhawatiran pasar terhadap pemulihan ekonomi AS yang belum stabil dan negosiasi paket stimulus AS yang masih alot antar dua kubu di AS, Republik dan Demokrat," ujar Ariston.

Menurut Ariston, dalam sepekan ini, pasar akan memperhatikan testimoni Gubernur The Fed di hadapan parlemen dan senat AS untuk mencari petunjuk baru.

Selain itu, pasar juga akan mengonfirmasi pemulihan ekonomi AS lewat data-data ekonomi AS yang dirilis pekan ini.

"Rupiah mungkin bisa menguat lagi bila ada penegasan The Fed soal pelonggaran moneter AS yang lebih lama. Tapi kondisi pandemi yang belum membaik akan menahan penguatan rupiah," kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi melemah di kisaran Rp14.650 per dolar AS hingga Rp14.800 per dolar AS. Sedangkan untuk sepekan, rupiah dipredikamsi bergerak di kisaran Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.950 per dolar AS.

Pada Jumat (18/9) lalu, rupiah ditutup menguat 98 poin atau 0,66 persen menjadi Rp14.735 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.833 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Senin pagi menguat 65 poin
Baca juga: Rupiah berpeluang menguat, ditopang jatuhnya dolar AS

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020