Sleman (ANTARA News) - Banyak penderita demam berdarah dengue (DBD) meninggal karena penanganannya terlambat, kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dr Mafilindati Nurani.
"Oleh karena itu, perlu antisipasi yang tepat dan cepat, guna mengurangi jumlah penderita yang meninggal," katanya saat melakukan pemantauan jentik di Dusun Gancahan 8 Desa Sidomulyo, Kecamatan Godean, Sleman, Jumat.
Ia mengatakan tindakan pencegahan juga harus dilakukan, tidak terkecuali melalui Pokjanal Demam Berdarah Kabupaten Sleman yang melibatkan instansi terkait.
Menurut dia, Pokjanal Demam Berdarah telah dan akan terus melakukan pemantauan jentik nyamuk di tempat-tempat penampungan air yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk demam berdarah.
"Perlu diperhatikan pula yang mungkin selama ini lepas dari pengamatan yaitu tempat atau ketiak tanaman keladi yang banyak tumbuh di pekarangan atau perkebunan, karena saat dilakukan pemantauan jentik di Dusun Gancahan 8, ternyata juga dijumpai jentik di tempat itu," katanya.
Ia mengatakan demam berdarah tidak bisa menular dari orang ke orang, tetapi dengan perantaraan nyamuk. "Agar hal itu tidak terjadi, masyarakat harus jeli terhadap tempat-tempat yang berpotensi sebagai sarang nyamuk, dan itu harus dimusnahkan," katanya.
Menurut Mafilindati, perkembangbiakan nyamuk sangat cepat, karena dari satu ekor nyamuk saja akan menghasilkan telur sebanyak 200 butir. Kalau semua telur itu menetas, dan nyamuk sebanyak itu bertelur lagi, maka akan sangat luar biasa dampaknya," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, kepada masyarakat khususnya di Dusun Gancahan 8 yang menjadi objek pemantauan jentik, agar secara rutin menguras dan membersihkan tempat-tempat penampungan air termasuk bak mandi, paling tidak dua kali dalam seminggu.
"Dalam menguras bak mandi dinding-dindingnya harus disikat, karena apabila ada satu telur saja yang tersisa, bisa berkembang biak menjadi nyamuk yang jumlahnya banyak," katanya.
Ia mengatakan yang perlu pula diperhatikan adalah bekas bak air yang kering, yang memungkinkan masih ada sisa telur nyamuk di tempat tersebut, dan itu bisa bertahan lama.
"Jadi, bak air yang kering belum menjamin akan bebas dari jentik nyamuk di kemudian hari," katanya.
Di Dusun Gancahan 8 terdapat 444 kepala keluarga (KK) dalam wilayah tujuh RT yang sebagian besar mata pencahariannya di sektor pertanian.
Pada waktu dilakukan pemantauan jentik terhadap tempat tinggal 52 KK secara acak, yang positif ada jentiknya di 23 KK, dan yang bebas jentik di 29 KK. "Sehingga angka bebas jentiknya hanya 55,7 persen, padahal seharusnya 95 persen," katanya. (V001/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010