Jayapura (ANTARA News) - Sesuai dengan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan (BI-rate) pada level 6,5 persen.

Pemimpin Bank Indonesia Cabang Jayapura, Papua, Leo R Tandiarrang, Rabu, mengatakan keputusan RDG untuk mempertahankan BI rate pada level 6,5 persen karena dinilai masih cukup tangguh untuk mengatasi ekonomi Indonesia saat ini.

"Dipertahankannya suku bunga acuan ini juga dipandang masih kondusif bagi upaya memperkuat proses pemulihan perekonomian, menjaga stabilitas keuangan dan mendorong intermediasi perbankan," katanya.

Leo R Tandiarrang mengatakan, tingkat BI-rate tersebut dipandang masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi 2010 sebesar 5 plus minus 1 persen.

"Tingkat inflasi saat ini masih kondusif, bahkan sejak Januari 2010 inflasi mengalami peningkatan yang cukup signifikan," ujar Pemimpin BI, Leo R Tandiarrang.

Menurut Leo, keputusan tersebut juga disesuaikan dengan hasil "survey bloomberg" terhadap 23 ekonomi semua "responden Bloonberg". Dimana diperkirakan BI kedepan tetap akan menyesuaikan dengan perkembangan eksternal dan domestik seperti ekonomi moneter dan sistem pembayaran.

"Upaya untuk memperbaiki kondisi perekonomian domestic terus berlangsung sebagaimana yang diperkirakan sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang semakin kuat," katanya.

Perkiraan terkini menunjukkan pertumbuhan ekonomi global pada 2010 dan 2011 akan lebih tinggi. Pemulihan ekonomi global tetap dimotori oleh negara Asia, terutama China yang terus menunjukkan perkembangan membaik, meskipun pasar keuangan sempat diwarnai sentimen negatif terkait kebijakan pengetatan di China.

Sementara di negara maju, proses pemulihan ekonomi berlangsung dengan laju yang lebih moderat. Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi didukung oleh konsumsi yang tumbuh cukup tinggi sejalan dengan perbaikan daya beli dan tingkat keyakinan konsumen.

"Ekspor juga menunjukankecenderungan meningkat sejalan perubahan ekonomi global, sama halnya dengan surplus neraca pembayaran, dimana diperkirakan akan lebih tinggi, karena di dukung oleh surplus pada transaksi berjalan yang relatif besar," katanya.(KR-ALX/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010