Jakarta (ANTARA) - Kesepakatan yang dicapai antara TikTok dan Oracle tinggal menunggu persetujuan dari otoritas terkait di China dan Amerika Serikat.

Pihak ByteDance selaku pemilik TikTok kepada media di China, Kamis, mengatakan bahwa perusahaan aplikasi berbagi video yang bermarkas di Beijing tersebut sedang berdiskusi dengan mitranya itu mengenai rencana kerja sama ke depan.

Kerja sama tersebut untuk merespons kekhawatiran pemerintah dan rakyat AS mengenai keamanan data pengguna.

ByteDance menyatakan bahwa rencana yang sedang dibahas tidak akan menyinggung bisnis penjualan atau teknologi, meskipun kesepakatan akhir belum ditandatangani.

Kesepakatan kedua belah pihak terjadi pada saat muncul beragam spekulasi dan rumor atas kebijakan Komite Investasi Asing di AS (CFIUS) yang meninjau ulang TikTok terkait risiko sistem keamanan nasional AS dan perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang mengharuskan ByteDance menjual atau memisahkan aset TikTok di negara adidaya itu.

Microsoft dilaporkan berkali-kali melakukan negosiasi pembelian aplikasi milik ByteDance itu.

Namun ternyata ByteDance lebih memilih Oracle, perusahaan pengembang sistem manajemen basis data yang berkantor pusat di California itu.

Baca juga: TikTok masih pertimbangkan monetisasi konten
Baca juga: Trump tak mau kalau Oracle cuma pegang saham minoritas TikTok

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020