Sudah ada 'rebound' pemulihan, pasar kembali 'spending' uangnya untuk beli mobil dan motor

Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis laju industri otomotif bakal melesat pada semester II tahun ini, kendati sektor tersebut terdampak pandemi COVID-19.

"Kami optimistis bahwa kinerja industri otomotif berkembang positif pada semester II tahun ini. Kalau periode sebelumnya terjadi perlambatan karena dampak dari pandemi COVID-19," ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Dongkrak daya beli, Menperin usulkan pajak mobil baru 0 persen

Menperin menyebutkan berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil dalam tiga bulan terakhir menunjukkan tren meningkat, setelah sempat terpukul akibat pandemi COVID-19.

"Penjualan mobil secara ritel atau dari dealer ke konsumen pada Agustus sebanyak 37 ribuan unit. Jumlah itu naik dibandingkan Juli sebesar 35.799 unit," tuturnya.

Sementara itu, penjualan wholesales atau distribusi dari agen pemegang merek (APM) ke dealer pada Agustus 2020 tercatat 37.277 unit. Angka tersebut naik 47 persen dibandingkan penjualan Juli 2020 yang mencapai 25.283 unit.

"Artinya, sudah ada rebound pemulihan, pasar kembali spending uangnya untuk beli mobil dan motor," ungkap Agus.

Baca juga: Penjualan mobil di Indonesia naik 47,43 persen pada Agustus

Menurutnya, pandemi COVID-19 telah menyebabkan ketidakstabilan pada ekonomi Indonesia baik dari sisi permintaan maupun penjualan, yang juga berdampak pada beberapa sektor manufaktur, termasuk industri otomotif.

"Sebagaimana kita ketahui industri otomotif menghadapi tekanan permintaan yang sangat besar, padahal industri otomotif merupakan salah satu sektor terpenting untuk perekonomian nasional," ujar Menperin.

Lebih lanjut, industri otomotif selama ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, baik itu dari capaian nilai investasi maupun ekspornya.

"Industri otomotif telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat besar, lebih dari 1 juta orang, dan merupakan salah satu sektor prioritas dalam agenda nasional pada peta jalan Making Indonesia 4.0," paparnya.

Selain itu, peluang pengembangan industri otomotif di Tanah Air juga besar, karena rasio kepemilikan kendaraan bermotor Indonesia masih lebih rendah, yakni sekitar 87 unit per 1.000 orang, dibandingkan Malaysia yang telah mencapai 450 unit per 1.000 orang dan Thailand sebesar 220 unit per 1.000 orang.

"Tentu, ini merupakan peluang yang harus kita kejar dan harus kita tangkap, agar kita bisa menumbuhkembangkan industri otomotif yang ada di Indonesia," imbuhnya.

Meski begitu, dalam konteks pasar otomotif, menurut Agus, Indonesia adalah pasar terbesar di Asia. Pada 2019, lebih dari 1 juta kendaraan dijual di dalam negeri dan 300.000 telah diekspor ke seluruh dunia.

"Untuk itu, pemerintah mendorong agar pabrikan otomotif memanfaatkan hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain, seperti negara-negara di Afrika dan Australia dalam mengembangkan pasar," terangnya.

Menteri Agus menambahkan pihaknya bertekad untuk terus mengambil kebijakan strategis dalam upaya meminimalkan dampak pandemi COVID-19 terhadap industri otomotif di Tanah Air.

Namun, hal ini perlu dilakukan melalui koordinasi bersama dengan para pemangku kepentingan terkait.

"Kami telah mengusulkan pemberian stimulus fiskal, nonfiskal, dan moneter untuk pelaku industri otomotif di dalam negeri supaya lebih bergairah menjalankan usahanya. Namun demikian, kami aktif mengingatkan kepada pelaku industri dalam menjalankan aktivitas produksinya tetap harus mematuhi aturan protokol kesehatan," tegasnya.

Baca juga: Menperin: Revolusi Industri 4.0 tuntut SDM industri cepat beradaptasi

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020