Kolombo (ANTARA News/AFP) - Calon yang kalah dalam pemilihan presiden Sri Lanka, bekas pemimpin militer Sarath Fonseka, telah ditangkap Senin, dua pekan setelah kekalahannya pada pemilihan itu, kata pejabat.
Media negara mengatakan Fonseka, yang memimpin militer ke kemenangan atas pemberontak Macan Tamil tahun lalu, yang mengakhiri pemberontakan berdarah 37 tahun, didakwa dengan "pelanggaran militer" yang tak ditentukan.
Purnawirawan jenderal bintang empat, yang kalah dari Presiden Mahinda Rajapakse dalam pemilihan 26 Januari, itu ditahan ketika tentara menyerang kantor aliansi oposisi penting yang mendukung pencalonannya.
"Mereka dengan paksa membawa Jenderal Fonseka ketika ia sedang mengadakan pembicaraan dengan tiga pemimpin senior oposisi lainnya," seorang jurubicara Front Pembebasan Rakyat (JVP) menjelaskan pada AFP.
"Jenderal menolak untuk dibawa. Mereka menangkapnya dan benar-benar membawanya setelah mengancam orang lainnya," kata jurubicara itu. "Pastinya ada 100 tentara lebih."
Kantor itu dikepung oleh tentara bersenjata berat yang merintangi wartawan dan juru foto untuk masuk dan memotret.
Manajer kampanye Fonseka, Senaka de Silva, juga dibawa, kata beberapa saksi.
Sumber resmi mengonfirmasi Fonseka ditangkap oleh polisi militer yang membawanya sebelum seorang dokter memeriksa kondisi medisnya sebelum secara resmi menahannya.
Penangkapan dramatis itu terjadi satu hari setelah sebuah surat kabar swasta menyatakan Fonseka, 59, dapat diperiksa pengadilan militer dengan tuduhan merencanakan kudeta untuk menjatuhkan pemerintah.
Awal bulan ini, Rajapakse memecat 12 pejabat senior militer yang kementerian pertahaan katakan sebagai "ancaman langsung" bagi keamanan nasional.
Pemerintah telah mengusahakan nasehat hukum dalam penggunaan pengadilan militer untuk memeriksa dengan cepat pengaduan terhadap Fonseka, yang telah dipuji sebagai pahlawan nasional setelah kekalahan Macan Tamil Mei.
Rajapakse memperoleh kemenangan dalam pemilihan dengan mudah tapi Fonseka berjanji untuk menantang hasil itu di mahkamah agung.
Ketika pemerintah bersikeras pemilihan itu bebas dan adil, AS dan Komisi Eropa mendesakkan penyelidikan atas tuduhan kecurangan pemilihan.
Fonseka mengatakan pada wartawan sebelumnya Senin bahwa ia tertarik untuk mengikuti pemilihan parlemen, yang mana sumber-sumber politik mengatakan pemerintah diperkirakan akan menyerukannya dalam beberapa hari -- dua bulan sebelum jadwal.
Ia juga mengataka pemerintah telah menangkap lebih dari 50 orang dari kantornya dalam tindakan yang ia lukiskan sebagai upaya untuk mencegah bukti-bukti yang telah dikumpulkan untuk mendukung tantangannya pada hasil pemilihan presiden itu.
(S008/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010