"Kami harapkan pihak bank dapat melakukan itu sehingga keberadaan tempat mengambil uang bagi nasabah tersebut akan menjadi lebih aman," kata Sutisna.
Ia menyebutkan, kamera CCTV akan lebih menyulitkan penjahat dalam melancarkan aksinya di ATM.
"Penjahat akan mengalami kesulitan, sebab segala gerak-geriknya akan termonitor oleh kamera tersebut. Salah-salah, ia dapat diringkus petugas," ucapnya.
Selain itu, kamera CCTV juga akan lebih memudahkan polisi dalam melacak pelaku kejahatan di ruang ATM di mana lewat rekaman gambar CCTV, polisi akan lebih mudah mengenali ciri-ciri tubuh dan identitas pelaku kejahatan, katanya.
Menurut Kapolda, sebagian besar dari ATM di Pulau Dewata tidak dilengkapi kamera pengintai sehingga begitu terjadi pembobolan ATM, polisi sulit mendapatkan ciri-ciri awal pelaku.
Kendala lain adalah tidak adanya bank yang bersedia memberikan data mengenai tindak kejahatan itu.
"Maksud kami ya bukan data yang terkait dengan masalah perbankan, melainkan data yang ada hubungannya dengan tindak kejahatan tersebut," ucapnya.
Menurutnya, karena adanya beberapa keterbatasan itu, pihaknya menjadi tidak bisa bekerja dengan lebih cepat.
Mengenai korban pembobolan ATM beberapa waktu lalu, Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gde Sugianyar menyatakan 46 nasabah menjadi korban dengan jumlah kerugian sekitar Rp1 miliar.
Dana sebesar itu dibobol dari 15 ATM milik sejumlah bank yang tersebar di beberapa daerah Pulau Dewata.
Sementara Bank Indonesia (BI) Denpasar mengungkapkan nasabah yang menjadi korban mencapai 200 orang dengan jumlah dana sekitar Rp2 miliar.
P004/E001/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010