Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Kenya Budi Bowoleksono mengatakan bahwa benua Afrika bukan suatu benua tanpa potensi sehingga sudah saatnya para pengusaha Indonesia menggarap benua hitam itu.
"Secara umum Afrika masih sering salah dipersepsikan dengan perang, kelaparan, penyakit dan kemiskinan, padahal Afrika bukan tanpa potensi," kata Bowoleksono saat ditemui di Jakarta, Minggu.
Dubes Kenya di sela-sela rapat kerja pimpinan Kementerian Luar Negeri dan Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri tahun 2010, mengatakan, sudah saatnya Indonesia mulai melihat Afrika sebagai suatu benua yang perlu digarap.
"Indonesia harus mulai mengidentifikasi peluang yang ada di Afrika," katanya.
Menurut dia, saat ini China merupakan salah satu negara yang boleh dibilang telah menanamkan pengaruhnya dengan kuat di Afrika dari sektor ekonomi.
"Indonesia telah memiliki deviden politik dengan mempelopori Konferensi Asia Afrika di Bandung, sekarang tinggal mengubah persepsi," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa produk-produk konsumsi dan makanan memiliki peluang besar di pasar Afrika sebagaimana yang telah dibuktikan oleh salah satu perusahaan mie instan Indonesia.
"Selain itu yang memiliki peluang cukup besar adalah kertas, kelapa sawit, dan peralatan mesin ringan," ujarnya.
Afrika adalah pasar masa depan yang tidak dapat disepelekan begitu saja, apalagi sebagian negara Afrika mempunyai potensi sumber daya alam melimpah seperti minyak bumi, gas, dan uranium.
Indonesia mempunyai hubungan khusus dengan Afrika terutama setelah Konperensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Kemudian dalam peringatan KAA tahun 2005 di Jakarta telah disepakati suatu forum baru Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika.
Dalam African Competitiveness Report yang diterbitkan oleh World Economic Forum, terdapat sejumlah negara Afrika yang mempunyai potensi bagus untuk berbisnis. Untuk tahun 2009, peringkat daya saing negara-negara Afrika adalah Tunisia, Afrika Selatan, Botswana, Mauritius, Maroko, Namibia, Mesir, Gambia, Kenya, dan Nigeria.(G003/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010