Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Sekitar 1.500 warga buta aksara di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengikuti kegiatan belajar-mengajar Keaksaraan Fungsional (KF) yang digagas oleh UNESCO (lembaga PBB yang mengurusi masalah pendidikan) bersama dengan kalangan akademisi di wilayah setempat.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Ari Muharman, kepada ANTARA, di Cikarang, Minggu, mengatakan kegiatan tersebut merupakan program Pendidikan Untuk Semua (PUS) di sejumlah daerah terisolir di Indonesia.
"Kegiatan ini merupakan salah satu tema besar dalam dunia pendidikan selain `Education for Sustainable Development (ESD) dan Lifelong Learning (Pembelajaran Sepanjang Hayat)," katanya.
Dikatakan Ari, kegiatan pemberantasan buta huruf di Muara Gembong pembelajarannya dibagi dalam sejumlah kelompok kecil. Satu kelompok beranggotakan 20 hingga 30 orang. Mayoritas berusia di atas 40 tahun dan berstatus sebagai ibu rumah tangga.
Peserta menjalani ilmu membaca yang dibagi kedalam 32 paket setiap hari mulai pukul 18:30 hingga 21:00 WIB. "Kegiatannya kami fokuskan di lingkungan rumah warga RT01 RW04, Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong yang berukuran sekitar 6 m x 1,5 m, dan 10 meja berukuran 40 X 50 centi meter," katanya.
Kendati dalam situasi yang serba kurang, kata dia, peserta tampak antusias mengikuti pelajaran yang dibawakan sejumlah tutor dari Universitas Islam 45 Bekasi, dan Atma Jaya Jakarta. "Tenaga pengajar berjumlah sekitar tujuh orang," katanya.
Kepala Desa Harapan Jaya, H. Sukanda, menyambut baik kegiatan belajar membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) yang memiliki manfaat besar bagi masyarakat setempat. "Sehingga pola pikir warga lebih terbuka terhadap segala informasi yang disampaikan lewat tulisan," ujarnya.
Dikatakan Sukanda, banyaknya masyarakat yang buta huruf dikarenakan letak Desa Pantai Harapan Jaya yang saling berjauhan dengan pusat kota. "Jaraknya sekitar 62 kilo meter dari pusat kota dengan jarak tempuh selama dua setengah jam," ujarnya.
Sementara itu, Ny. Ijoh (55), mengaku sangat senang dengan kegiatan tersebut. "Saya senang karena dari kecil belum pernah merasakan belajar membaca mau pun menulis. Ternyata, mudah juga," katanya.
Menurut Ijoh, tahap awal pembelajaran adalah membaca angka Romawi. Hingga kini Ijoh mengaku sudah dapat mengenal angka satu hingga sepuluh Romawi. Selanjutnya saya baru belajar huruf," ujarnya.
Ijoh berharap pemerintah Kabupaten Bekasi dapat memberikan tempat yang lebih layak demi kenyamanan belajar. "Kegiatan ini memang gratis, tapi ruangannya kurang luas," katanya.(AFR/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010