Kabul (ANTARA News) - Pasukan Amerika Serikat menahan seorang petugas senior polisi di Afghanistan timur laut karena tuduhan korupsi dan terlibat pemberontakan, kata seorang pejabat Afghanistan dan NATO, Ahad, seperti dilaporkan AFP.

Seorang pejabat senior provinsi mengatakan, Atahullah Wahaab, wakil kepala polisi provinsi Kapisa, ditahan oleh pasukan AS, Jumat.

"Komandan polisi itu ditahan oleh Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF) dan pasukan koalisi karena kegiatan ilegal dan korupsi," kata militer AS, yang melakukan operasi di bawah Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) NATO, dalam pernyataannya.

Pernyataan itu menegaskan, bahwa Wahaab adalah `pemberi fasilitas` pembuatan bom rakitan (IED), dan terlibat dalam penyimpanan, pendistribusian dan penanaman IED di jalan-jalan di Kapisa.

"Dia juga terlibat dalam penyuapan dan korupsi sehubungan dengan perbaikan jalan," kata pernyataan.

Pernyataan menambahkan: "Dia jelas terlibat dalam kegiatan kejahatan termasuk pembunuhan pada musim panas 2009."

Pasukan keamanan Afghanistan terlibat dalam operasi yang menyebabkan penahanan Wahaab, katanya.

Abdul Aleem Ayar, seorang juru bicara pemerintah provinsi, mengatakan Wahaab dicomot oleh pasukan AS di rumahnya di Mahmood Raqi, ibu kota Kapisa.

Penguasa lokal tidak memiliki bukti untuk mendukung tuduhan-tuduhan terhadap Wahaab, kata Ayar.

"Wahaab telah bertugas sebagai wakil kepala polisi sejak tahun lalu. Dia telah melayani masyarakat dan kami tidak punya bukti bahwa dia terlibat di dalam kejahatan, atau apa yang seperti pasukan AS katakan," katanya.

Di Kabul, kementerian dalam negeri yang menangani persoalan kepolisian, maupun kementerian pertahanan, tak segera bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Pasukan polisi adalah di antara lembaga terkorup di Afghanistan, di mana gerilyawan Taliban makin memperluas pengaruhnya hingga 80 persen di seluruh negeri, berkaitan dukungan kurangnya kepercayaan terhadap kehakiman.

Presiden Hamid Karzai telah berjanji untuk memberantas pejabat-pejabat yang korupsi, sebagai bagian dari janji reformasinya.

AS menempatkan 82.085 tentara di Afghanistan, 47.085 di antara mereka beroperasi di bawah komando ANTO, sebagai bagian dari total sekitar 113.000 prajurit asing yang berperang terhadap gerilyawan di negara itu.

IED menjadi senjata yang paling banyak menelan korban dalam sistem persenjataan Taliban. Sebagian besar dari 57 tentara asing yang tewas di negara itu, sepanjang tahun ini, adalah disebabkan oleh bom rakitan.(H-AK/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010