Kandahar, Afghanistan (ANTARA News)- Ribuan orang meninggalkan rumah-rumah mereka di dataran Marjah, Afghanistan selatan menjelang operasi militer besar-besaran untuk mengusir gerilyawan Taliban dari pangkalan-pangkalan mereka.
Satu kekuatan besar Marinir AS yang memimpin pasukan Afghanistan dan NATO diperkirakan akan melancarkan operasi -- yang menurut para komandan merupakan serangan terbesar terhadap kelompok gerilyawan sejak perang dimulai-- dalam beberapa hari ke depan.
"Pemerintah Afghanistan akan mengklaim kembali Marjah sebagai satu daerah miliknya," kata komandan Inggris dalami operasi itu, Jenderal Nick Carter, Minggu, seperti dikutip dari AFP.
Serangan itu yang dikenal sebagai Operasi Mushtarak, telah diumumkan oleh para pejabat militer selama berbulan-bulan untuk mengusir atau melemahkan musuh itu.
Para pemimpin Taliban mengatakan mereka mengerahkan para pejuang di sekitar Marjah, di bagian tengah provinsi Helmand,dalam persiapan bagi satu pertempuran berdarah.
"Kami menguasai dan siap berperang ," kata juru bicara Taliban Yousuf Ahmadi , yang berbicara melalui telepon dari satu lokasi yang tidak diketahui.
Daerah itu katanya pangkalan terakhir yang dikuasai para gerilyawan.
Mushtarak mengulangi kembali serangaa-serangan tahun lalu-- "Operation Panther`s Claw" yang dipimpin Inggris dan "Operation Dagger" dipimpin Marinir -- dianggap sebagai berhasil melumpuhkan gerilyawan yang menguasai wilayah-wilayah lembah Helmand yang terdapat tanaman poppi.
Operasi-operasi persiapan di sekitar Marjah , selatan ibu kota Lashkar Gah, telah dilakukan selama beberapa pekan , dengan selebaran-selebaran di sebar ke daerah-daerah itu oleh helikopter-helikopter NATO yang memperingatkan penduduk bahwa serangan akan dilakukan.
Habibullah , 48 tahun mengatakan ia dan keluarganya meninggalkan Marjah pergi ke Lashkar Gah dua bulan lalu untuk menghindar dari aksi kekerasan itu.
"Banyak pejuang Taliban berada di sana. Mereka bertindak kasar terhadap kami, menuduh kami mata-mata pasukan asing, meminta makan setiap saat," katanya kepada AFP.
"Masih ada orang tinggal di sana dan Taliban masih menguasai daerah itu, dengan tembakan dan bom-bom, dan banyak tentara datang ke sana untuk memerangi Taliban dan kemudian pergi," katanya.
Pertempuran nanti diperkirakan akan hebat dan berdarah. Taliban memiliki taktik-taktik mereka , mundur dari medan tempur dan menggunakan bom-bom rakitan , dan serangan-serangan bom bunuh diri.
Menurut Brigjen Marinir Larry Nicholson, Marjah akan merupakan "ancaman bom terbesar yang pernah dihadapi NATO".
Dari 57 tentara asing yang tewas di Afghanistan sejauh ini, sebagian besar akibat serangan bom rakitan.
Operasi Mustharak dilakukan setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama , Desember lalu mengumumkan rencananya menambah pasukan untuk memerangi gerilyawan Taliban guna memuluskan jalan bagi pemerintah yang sangat diperlukana bagi pembangunan.
Amerika Serikat dan NATO (pakta pertahanan Atlantik Utara) mengirim 40.000 tentara tambahan untuk memperkuat 113.000 tentara yang sudah berada di Afghanistan, dengan sebagian besar di kerahkan ke medan tempur di selatan
Serangan di Marjah membuka jalan satu strategi baru kontra pemberontakan, yang digagas Jenderal AS Stanley McChrystal, yang memimpin pasukan asing di Afghanistan , bertujuan untuk memperoleh dukungan rakyat Afghanistan pada pemerintah.
Ia mengemukakan dalam satu konferensi internasional di Istambul, Turki pekan lalu situasi di Afghanistan serius tetapi tidak lagi memburuk karena" kami telah membuat kemajuan penting.. dan kami akan membuat kemajuan baru tahun 2010".(H-RN/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010