Batam (ANTARA News) - Tarian "Kasih Semesta" yang dibawakan 48 pemuda-pemudi kelompok Rumput Hijau dari Mahavihara Duta Maitreya menyemarakkan Festival Tionghoa pada badan jalan kompleks pertokoan Bumi Baru, di kawasan Nagoya Batam, Sabtu malam.
Diiringi musik dan lagu "Da Zi Ran Zhi Mei" (Keindahan Alam Semesta) mereka membentuk formasi gunung, bunga matahari, langit dan awan.
Pada beberapa puncak gerakan Kasih Semesta hingga acara ditutup dengan nyanyi bersama "Gong Xi Fat Chai", aplaus dari sekitar 500 penonton membahana, termasuk dari tangan Wali Kota Batam Ahmad Dahlan.
Kelompok Rumput Hijau pada Agustus 2009 tampil di Beijing, China, atas nama Perhimpunan Kasih Alam Semesta Internasional (International Nature Loving Association) Cabang Batam, dan dijadwalkan pada 2011 tampil di Taipeh, Taiwan.
Waktu di Beijing, kata anggota DPRD Kota Batam Asmin Patros, Rumput Hijau mendapat penghargaan sebagai penampil paling ceria.
Beberapa di antara mereka, katanya, kini diundang untuk menjadi pelatih di Beijing.
"Banyak seni budaya Tionghoa yang terkenal dan perlu ditampilkan untuk menarik kunjungan wisatawan," kata Wali Kota ketika didaulat Ketua Panitia Festival Eddy Hussy untuk ke pentas bersama Direktur Batam Tourism Board Rahman Usman.
Ahmad Dahlan yang baru beberapa jam pulang menunaikan ibadah Umroh, dan menyempatkan hadir di acara mengatakan, festival ini selain pertama kali di Batam juga mendapat izin membakar petasan, dan akan berlanjut setiap tahun.
Orang Tionghoa masih lebih dikenal sebagai pedagang, sehingga perlu menunjukkan sisi lainnya melalui penampilan seni dan budaya yang beragam dan terkenal, antara lain di festival ini, kata Wali Kota.
Pemerintah Kota Batam sedang mewacanakan pengembangan kawasan Nagoya menjadi daerah bercirikan ketionghoaan dengan tetap memperhakankannya sebagai pusat bisnis.
Dengan demikian, kata Wali Kota, di Batam akan seperti di Singapura, ada daerah Geylang untuk pusat wisata perayaan keagamaan Islam, Orchard Road untuk Natal dan Tahun Barus Masehi, serta Little India untuk wisata dan perayaan Hindu, dan ada China Town untuk destinasi wisata Tahun Baru Imlek.
Kepada pedagang di kompleks Bumi Baru, ia mengimbau supaya tidak mengeluh karena selama persiapan dan dua hari Festival Tionghoa omset perdagangannya menurun, melainkan menimbang potensi manfaat dalam jangka panjang.
Bila daerah ini berkembang sebagai pusat wisata berciri ketionghoaan dan kelak banyak dikunjungi pelancong, maka pedagang akan mendapat rejeki dari pembelanja, katanya.
Festival Tionghoa di Bumi Baru Batam berlangsung 5-13 Februari, serta pada 20 Februari dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2561 serta mengisi kegiatan Tahun Kunjungan Wisata Batam 2010.
Sabtu atau pada malam kedua, selain pergelaran dari Rumput Hijau, 18 pemuda dan pemudi Vihara Maitreya Permai, Tanjunguban, Kabupaten Bintan, mempertunjukkan senam Bangkitlah Pemuda Semesta.
Yuli, salah seorang dari penampil, mengatakan, pesan dari senam itu adalah mengajak semua orang di dunia dalam abad ke-21 untuk berperilaku peduli pada sesama dan alam, serta optimis.
Abad ke-21, katanya, adalah era nurani dan alam semesta, tetapi hubungan antarmanusia masih sangat dingin.
(T.A013/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010