Semarang (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengingatkan bahwa bangsa yang maju dan berkesinambungan adalah bangsa yang mengandalkan sumber daya manusia dan pendidikan adalah kunci utama yang harus disiapkan.
Wakil Presiden yang didampingi oleh jajaran menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dalam kunjungannya di SMA Negeri 3 Kota Semarang, Sabtu, mengatakan bahwa ke depan persaingan yang tidak dapat dihindari adalah persaingan antarmanusia dalam segala bidang.
"Manusia bersaing dengan manusia lain ke depan akan semakin nyata dan terbuka dalam kancah persaingan global. Kita harus siap bersaing karena hal tersebut tidak dapat dihindari," katanya.
Standar dalam segala hal, kata Wakil Presiden, juga tidak dapat dipungkiri akan meningkat tidak lagi ditentukan oleh sekolah, oleh negara.
Namun, oleh dunia internasional. Oleh karena itu, ada dua hal yang harus disiapkan, pertama penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
"Yang kedua adalah, untuk menjadi pemimpin harus ada tambahannya yakni selain pengetahuan dan keterampilan, pemimpin juga harus punya karakter. Ini yang menentukan apakah pemimpin unggul dengan yang lain, bisa jadi pemimpin atau pengikut, atau justru yang terburuk, hanya jadi penonton," katanya.
Karakter melekat pada hati, sikap, dan pandangan mendasar, sehingga tidak bisa dengan menghapal atau menghitung. Namun, bisa dengan mencontoh. Oleh karena itu, tugas pendidik atau pengajar untuk mendidik dan memberi contoh.
"Selain karakter adalah integritas, yakni satu kesatuan antara kata-kata dan perbuatan. Apa yang dikatakan dilakukan dan sebaliknya. Jadi bukan isapan jempol," katanya.
Untuk membangun karakter, lanjut Boediono, harus diawali dari diri anak yakni adanya niat dan tekad membangun karakter diri, dari orang tua karena banyak bersinggungan di rumah, pendidik karena interaksi terbanyak di sekolah, serta dari pemerintah yang bertugas untuk mengarahkan pendidikan secara nasional.
Boediono juga mengaku bangga dengan jumlah sekolah di Jawa Tengah yang berstandar internasional. Di Jateng jumlah yang berstandar internasional terus mengalami peningkatan.
Tahun 2007 jumlah SD yang berstandar internasional baru dua dan sekarang sudah ada 15 SD. SMP yang sebelumnya 40 sekolah dan sekarang sudah 66 SMP.
Masih perbandingan dengan tahun 2007, SMA yang berstandar internasional baru 35 sekarang sudah 55 dan tingkat SMK sekarang sudah ada 59 sekolah.
Dalam kunjungan ke SMA Negeri 3 Semarang tersebut, Wakil Presiden bersama menteri yang lain sempat masuk ke salah satu ruang kelas yang saat itu sedang berlangsung proses belajar mengajar dengan mengunakan bahasa Inggris.
"Bagus-bagus," kata Boediono memberikan penilaian terhadap peralatan belajar dan sistem belajar yang telah diterapkan di salah satu SMA di Jateng tersebut.
Ikut dalam kunjungan tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Pendidikan Mohammad Nuh, dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Menteri Agama dalam kesempatan tersebut menjadi salah satu pemberi bantuan untuk sejumlah sekolah di Jateng selain dari pihak perbankan.(N008/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010