Semarang (ANTARA News) - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, bernostalgia masa SMA ketika mendampingi Wakil Presiden, Boediono, berkunjung ke SMA Negeri 3 di Jalan Pemuda Semarang, Sabtu (6/2).
Kedatangan Sri Mulyani selain bersama Boediono, juga sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II diantaranya Menteri Agama, Suryadharma Ali, Menteri Pendidikan, Muh. Nuh, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto itu, dalam rangka silaturahmi dengan perwakilan pelajar SMA dan SMK se-Kota Semarang.
Pada kesempatan itu Sri Mulyani diberi kesempatan oleh Boediono untuk memberikan arahan kepada para pendidik dan pelajar karena tempat acara itu di SMA yang menjadi almamater menteri keuangan tersebut.
"Di lapangan itu saya menjadi anggota Paskibra, main basket, dan main voli," kata Sri. Dia juga menceritakan semasa sekolah dari rumah naik sepeda sedangkan siswa yang lain naik sepeda motor.
Waktu itu, katanya, teman seangkatannya banyak anak pejabat termasuk anak gubernur sedangkan dirinya anak guru.
Ia mengaku, bangga terhadap mutu pendidikan yang terus mengalami peningkatan hingga saat ini bukan hanya menyangkut mata pelajaran tetapi banyak ekstrakurikuler yang dapat mengisi waktu siswa.
"Dulu saya menjadi ketua OSIS, ikut paduan suara, voli, basket, karate, dan jumlahnya hanya tujuh ekstrakurikuler, sekarang jauh meningkat menjadi 15 ekstrakurikuler dan 24 pilihan kegiatan lainnya, sehingga banyak kegiatan," katanya.
Ditanya soal berbagai kiat menjadi menteri, Sri Mulyani menyatakan, segala sesuatu harus dijalani secara sungguh-sungguh, penuh cinta, fokus, jujur, dan menikmatinya.
"Dulu saya menikmati main basket hingga mengikuti lomba sampai Kendal, mengikuti paduan suara sampai Solo. Ujian dan mencari perguruan tinggi deg-degan, juga dinikmati. Untungnya orang tua saya cool. Pernah saya waktu SMP mendapat nilai merah. Orang tua saya mengatakan tidak apa-apa, merah kan seperti lipstik," katanya yang kemudian tampak disambut senyum para hadirin.
Ia mengatakan, hal yang terpenting adalah tidak menipu.
"Ingin mendapatkan nilai 100 dengan cara menyontek apalagi penipuannya diajarkan dari sekolah agar nilai ujian nasional lulus 100 persen. Menghalalkan segala cara dari hal terkecil akan merusak bangunan karakter manusia," katanya.
Setelah lulus SMA 3 dengan predikat juara pertama, Sri Mulyani kemudian melanjutkan kuliah di Jurusan Ekonomi Universitas Indonesia dan selanjutnya mendapatkan beasiswa studi ke Amerika Serikat.
Seluruh hal yang ia lewati, katanya, dinikmati secara sungguh-sungguh termasuk saat menjadi menteri yang kadang kala didemo.
Ia mengemukakan, tantangan pada masa mendatang bukan karena tidak mendapatkan akses informasi dan pengetahuan.
Tetapi, katanya, justru menyangkut banyaknya pilihan informasi sehingga setiap orang harus pandai memilah informasi tersebut.
"Dengan informasi dan akses pengetahuan, kita bisa meniti masa depan, mengembangkan ilmu diimbangi dengan agama, ketakwaan, dan kecintaan terhadap bangsa," kata menteri yang berasal dari Kota Semarang itu.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010