Washington (ANTARA News) - Para diplomat senior Amerika Serikat (AS), Jepang, Jerman, Inggris, Rusia, dan China, Jumat, bertemu untuk membahas upaya mereka membujuk Iran.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS P.J.Crowley mengatakan, para diplomat senior dari enam negara itu membahas langkah mereka "membujuk" Iran lewat perundingan dan penerapan sanksi baru.
Pemerintah Iran terus ditekan AS bersama sejumlah negara yang mengkhawatirkan program nuklirnya.
Crowley mengatakan, keenam negara itu berharap mereka dapat mempengaruhi Teheran.
Sementara itu, Kantor Berita Iran, IRNA, melaporkan, Ketua DPR Siprus Marios Karoyian mengimbau kasus program nuklir Iran harus diselesaikan di meja perundingan.
"Di antara hak azasi negara Republik Islam Iran adalah mendapatkan manfaat dari teknologi nuklir untuk tujuan damai," katanya seperti dilaporkan Reuters.
"Hanya saja beberapa negara tidak ingin menerima fakta bahwa masalah apapun harus diselesaikan hanya lewat perundingan," katanya pada pertemuannya dengan Dubes Iran untuk Nikosia, Ali-reza Bigdeli Kamis waktu setempat.
Berkaitan dengan isu nuklirnya, Iran terus ditekan sejumlah negara, termasuk dengan mengupayakan sanksi baru, karena Teheran menolak menghentikan kegiatan proyek nuklirnya itu.
Israel dan negara-negara sekutunya, misalnya, berpandangan bahwa Iran "sedang membangun senjata nuklir melalui program atom sipil".
Tuduhan itu berulang-kali dibantah Iran dengan menegaskan bahwa program nuklirnya itu hanya dimaksudkan untuk pembangkit listrik.
Bagi Tel Aviv, yang diyakini banyak pihak sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah, proyek nuklir Iran itu merupakan ancaman bagi keberadaan Israel.
Keyakinan Israel itu didasarkan atas pernyataan bermusuhan yang dilontarkan sejumlah pemimpin Iran.
Untuk menghentikan program nuklir Iran itu, pemerintah Israel tidak menutup kemungkinan penggunaan kekerasan.
Para diplomat Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan AS juga pernah bertemu untuk membahas masalah nuklir Iran di New York tanpa keputusan.
(R013/B010 )
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010