Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore merosot hingga Rp9.385/Rp9.395 per dolar dibanding penutupan sehari sebelumnya Rp9.315/Rp9.325 atau turun 70 poin.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar terus melepas rupiah yang menekan mata uang Indonesia itu hingga mendekati angka Rp9.400 per dolar.
"Kami memperkirakan rupiah akan kembali melemah pada awal perdagangan pekan nanti, karena sentimen negatif makin besar," katanya.
Kostaman Thayib mengatakan, pelaku pasar makin khawatir dengan pertumbuhan ekonomi global yang tidak pasti, menyusul pertumbuhan ekonomi yang belum membaik dan kawasan Eropa seperti Yunani dan Spanyol yang mengalami defisit anggaran.
Karena itu pelaku pasar terutama asing dalam kondisi ini lebih cenderung memegang dolar ketimbang rupiah, katanya.
Pelaku pasar, lanjut dia, membeli dolar sejalan dengan membaiknya mata uang asing di pasar regional yang mengalami kenaikan terhadap sejumlah mata uang Asia.
Karena itu tekanan pasar terhadap rupiah cukup berat sehingga mata uang Indonesia hampir mencapai level Rp9.400 per dolar, ucapnya.
Meski demikian, menurut dia, koreksi harga terhadap rupiah itu tidak akan berlanjut, apabila Bank Indonesia (BI) masuk pasar melakukan intervensi.
BI akan melepas cadangan dolar untuk menahan lajunya penurunan rupiah terhadap dolar di pasar, katanya.
Ia mengatakan, pelaku pasar yang melepas rupiah saat ini diperkirakan akan kembali membeli karena Indonesia dinilai masih merupakan pasar potensial yang memberikan keuntungan lebih tinggi dari pasar lainnya.
Apalagi BI masih mempertahankan bunga acuan (BI Rate) yang mencapai 6,5 persen yang menunjukkan bahwa potensi pasar Indonesia masih besar, katanya.
Indonesia, menurut dia, masih diburu pelaku asing yang menempatkan dana di pasar domestik, namun investasi asing masih dalam jangka pendek. Mereka belum melakukan investasi dalam jangka panjang yang diperkirakan akan dapat menggerakkan pasar yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
(CS/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010