Serang (ANTARA News) - Meningkatkan penggunaan air bawah tanah (ABT) dalam industri di wilayah Banten mengancam semakin melebarnya intrusi air laut, terutama di daerah Tangerang.

"Saat ini jumlah industri yang memanfaatkan air bawah tanah di Banten sekitar 3.000 titik, meningkat dibanding tahun sebelumnya." kata Kabid Pengawasan dan Pengendalian Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten Iwan Djuarsa di Serang, Kamis.

Ia mengatakan, industri yang menggunakan air bawah tanah pada awal 2009 mencapai sekitar 2000 titik, meningkat menjadi 3000 titik pada 2010.

Meskipun pada tahun lalu industri mengkontribusi PAD Banten sekitar Rp12 miliar dari pajak pengambilan air bawah tanah, namun hal ini berdampak semakin melebarnya perembesan air laut ke air bawah tanah (intrusi).

"Di wilayah Tangerang intrusinya saat ini sudah mencapai 3 kilo meter. Sehingga warga yang tinggal sekitar 3 km dari pantai sudah tidak bisa menikmati air tanah karena airnya asin," katanya.

Dampak lain, masyarakat (rumah tangga) akan semakin sulit mendapatkan air tanah karena industri menggunakan lebih banyak dan dengan peralatan pompa yang berkemampuan lebih besar.

Apalagi di Banten, kata dia, pajak yang dibebankan kepada industri yang memakai air bawah tanah relatif kecil dibandingkan daerah lain yakni hanya sekitar Rp530 per meter kubik.

Sementara di DKI Jakarta misalnya, pajak air bawah tanah setiap tahun dinaikan hingga mencapai sekitar Rp13.000 per meter kubik pada tahun 2010.

Pembelakuan pajak yang relatif mahal mendorong industri mengurangi penggunaan air bawah tanah sehingga intrusi tidak cepat meluas dan lingkungan terjaga.

Menurut Iwan, penggunaan air bawah tanah terbesar di Banten adalah wilayah Tangerang yang mencapai 60 persen karena banyaknya perusahaan yang beroperasi di daerah itu.

Intrusi di Tangerang juga lebih parah dibanding daerah lainnya di Banten.

Sekretaris Komisi IV DPRD Banten Saris Priyada Rahmat meminta dinas terkait di Banten untuk menaikan tarif pajak pemanfaatan air bawah tanah sehingga pemasukannya bisa dimanfaatkan untuk merehabilitasi lingkungan seperti penghijauan.

"Kita jangan hanya bisa memanfaatkan airnya saja. Tetapi yang lebih penting bagaimana menjaga kelestariannya dengan memperhatikan dan menjaga lingkungan untuk serapan airnya," kata Saris.

(M045/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010