Bekti, yang juga anggota Dewan Pers, dalam percakapan khusus per telepon menjelang Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari kepada ANTARA News menilai bahwa kiprah televisi kini semakin terlihat mendukung keterbukaan informasi dan reformasi yang telah dibangun sejak sekira sepuluh tahun terakhir ini.
"Kecepatan dan keserempakan informasi, jangkauannya yang luas, dan keunggulan teknologi audio visual menjadikannya media televisi menjadi sangat berpengaruh kepada masyarakat," katanya.
Ia pun mengemukakan, pemberitaan televisi menjadi salah satu komponen penentu arah pergerakan bangsa Indonesia dewasa ini.
Akan tetapi, ia mengingatkan, televisi juga punya masalah, dan tantangan besarnya adalah kurangnya kesadaran insan media akan isi tayangan yang mendidik dan menjaga etika. Oleh karena itu, ia menilai, masyarakat pun mempunyai pandangan yang sama.
Berkaitan dengan isi tayangan televisi yang melanggar etika, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selaku instansi nasional yang mengawasi penyiaran nasional dalam lamannya di www.kpi.go.id mencatat selama 2009 telah menerima 8.098 aduan dari masyarakat.
Berkaitan dengan hal itu, Bekti menilai, insan pertelevisian harus menyadari posisi strategisnya sehingga perlu bekerja lebih keras untuk menghasilkan tontonan yang kritis dan mempunyai pesan yang jelas.
" Jangan hanya mementingkan rating atau pasar," ujarnya menambahkan. (Lib/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010