Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Polisi India di Kashmir memberondongkan peluru ke udara dan menembakkan gas air mata pada hari ketiga berturut-turut, Rabu, untuk memadamkan protes keras yang disulut oleh kematian seorang pemuda muslim.

Polisi mengatakan, 15 personel keamanan dan 15 pemrotes cedera dalam bentrokan di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir, dan di kota-kota Baramulla, Pulwama dan Shopian.

Wamiq Farooq tewas Minggu setelah terkena peluru gas air mata yang ditembakkan polisi untuk membubarkan demonstrasi anti-India di Srinagar.

Puluhan pemrotes yang meneriakkan "Darah dibalas darah!" dan "Allah Maha Besar!" melemparkan batu ke arah polisi antihuru-hara di sejumlah titik di Srinagar dan kota-kota lain, Rabu, yang membuat polisi segera memberondongkan tembakan peringatan ke udara dan menembakkan gas air mata.

Pemrotes yang melemparkan batu juga menyerang konvoi tentara di daerah pinggiran Srinagar, mencederai empat prajurit, kata polisi dan saksi mata.

Pembunuhan Wamiq itu menyulut bentrokan keras di Lembah Kashmir yang berpenduduk mayoritas muslim. Sejauh ini, lebih dari 100 pemrotes dan polisi cedera.

Saksi mata mengatakan, Wamiq pergi bermain cricket dan tidak termasuk diantara pemrotes yang bentrok dengan polisi pada Minggu.

Kashmir dilanda pemberontakan selama dua dasawarsa untuk menentang kekuasaan India, yang menurut angka resmi menewaskan lebih dari 47.000 orang.

Kashmir relatif stabil selama beberapa bulan, namun kekerasan militan meningkat dalam beberapa pekan terakhir ini.

Pada Januari, pasukan komando India menyerbu sebuah hotel di Srinagar dan membunuh dua militan yang bersembunyi di ruang tamu selama hampir 24 jam. Seorang warga sipil dan seorang polisi juga tewas dalam insiden itu, yang berbuntut pada bentrokan-bentrokan.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.(M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010