Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, adanya ancaman peningkatan kemiskinan pada triwulan I 2010 karena inflasi yang meningkat.
Menurut Rusman di Jakarta, Rabu, selama 2009 angka kemiskinan relatif bisa ditekan karena inflasi yang begitu rendah yaitu sebesar 2,78 persen selama satu tahun.
Sementara angka kemiskinan yang disurvei BPS nantinya akan memperhitungkan dari Maret 2009 ke Maret 2010, sehingga pada triwulan I 2010 sangat menentukan jumlah angka kemiskinan di Maret 2010.
Menurut dia, meski selama 2009 angka kemiskinan mampu diturunkan, bila pada kuartal I 2010 tidak mampu menahan gejolak harga, sehingga inflasi meningkat pesat, maka selama Maret-Desember 2009 menjadi tidak ada artinya.
"Dari Maret sampai Desember 2009 kita kan memberikan kontribusi pada garis kemiskinan yang tidak bergejolak, inflasi kita kan rendah, 2,7 persen. Nah padahal itu kan nanti sampai Maret 2010 (penghitungan angka kemiskinan), kalau harga Februari dan Maret ini tidak terkendalikan seolah-olah percuma saja itu, karena nanti garis kemiskinan akan naik," katanya.
Menurut dia, angka kemiskinan akan meningkat bila garis kemiskinan meningkat lebih tajam dari pada nominal tambahan pendapatan masyarakat.
Ia mengatakan, angka inflasi Januari yang meningkat pesat hingga 0,84 persen menjadi indikasi kuat bagi pemerintah untuk segera menyiapkan langkah antisipasi.
Menurut dia, langkah antisipasi guna menekan inflasi tersebut diperlukan karena arah inflasi di berbagai dunia saat ini menuju pada penguatan seiring dengan pemulihan ekonomi.
Ia mengatakan, apabila harga-harga komoditas di dunia meningkat maka imbasnya bisa sampai ke Indonesia.
Hal ini terutama apabila komoditas yang harganya meningkat tersebut merupakan kebutuhan Indonesia baik untuk konsumsi atau bahan baku. Hal ini akan memicu peningkatan inflasi yang disebabkan oleh impor (imported inflation).
"Kalau harga dunia naik, dan kebetulan barang-barang dunia itu adalah yang kita butuhkan di dalam negeri, bahan baku atau apa, yang kita khawatirkan terjadi `imported inflation`, oleh sebab itulah ke depan ini harus ada satu toleransi juga yang respon terhadap kenaikan harga-harga dunia," katanya.
Ia menambahkan, untuk sementara ini, sinyal yang diberikan pemerintah melalui pernyataan tidak akan menaikkan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL) sudah tepat.
Sebab, katanya, dengan pernyataan tersebut perilaku konsumen masih bisa dikendalikan karena memberikan kenyamanan dan keyakinan pada konsumen.
Menurut dia, apabila pemerintah salah memberikan sinyal misalnya menyatakan akan menaikkan harga BBM, maka hal itu akan memicu respon negatif konsumen.
Konsumen, menurut dia, akan bergerak untuk memborong barang yang ada, mengantisipasi kenaikan harga akibat kenaikan BBM itu. Kondisi itu justru memicu inflasi, yang didorong dari permintaan perilaku spekulatif tersebut dan bisa merembet ke mana-mana.
Sementara itu, ia memperkirakan inflasi di Februari dan Maret kemungkinan tidak setinggi Januari, karena harga beras diperkirakan akan turun karena memasuki musim panen. Di sisi lain, adanya tambahan suplai gula melalui impor yang terealisasi di bulan ini, akan menekan harga gula.
Sedangkan untuk 2010, kalau pemerintah masih mampu memberikan subsidi dan tidak menaikkan harga BBM dan TDL, inflasi sebesar 5 persen mungkin bisa dicapai. Namun ia masih ragu inflasi dapat bertahan di lima persen mengingat adanya peningkatan harga komoditas dunia. (T.M041/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010