Medan (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia perlu mengadakan suatu kerja sama dengan negara- negara asing seperti Kanada, Australia untuk bisa mengantisipasi sindikat internasional pembobolan uang di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dewasa semakin marak dan meresahkan nasabah.
"Pemerintah harus bergerak cepat mengatasi masalah kejahatan perbankan itu, sehingga kepercayaan nasabah atau masyarakat kepada bank masih terus bertahan dan tidak hilang," kata pengamat hukum internasional, Prof Dr Suhaidi,SH, di Medan, Rabu, diminta komentarnya mengenai sindikat internasonal ATM itu.
Dengan kerjasama itu, menurut dia, pelaku pembobol uang di mesin ATM itu, bisa diminimalisir atau ditekan, sehingga kerugian uang nasabah yang ada di perbankan itu tidak begitu banyak.
Selain itu, pemerintah Indonesia melalui kepolisian bisa mendeteksi atau melacak orang-orang asing yang diduga juga ikut berperan dalam kasus "kebocoran" uang di mesin ATM.
Apalagi jelasnya, uang nasabah yang hilang "raib" di simpan di perbankan itu tidak sedikit jumlahnya dan kasus ini tidak lepas dari tanggungjawab pihak perbankan.
"Perbankan harus bekerja keras untuk mengantisipasi kejahatan yang cukup canggih itu," kata Suhaidi juga Gurubesar Fakultas Hukum USU.
Selanjutnya, ia mengatakan kerja sama yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan negara asing itu, misalnya melakukan pertukaran informasi mengenai pelaku kejahatan perbankan yang sudah diamankan.
Atau bisa jadi, pelaku kejahatan perbankan yang diduga bersembunyi di negara asing itu.
"Kejahatan sindikat internasional terhadap perbankan itu harus secepatnya diberantas dan jangan dibiarkan berkembang di Indonesia," katanya.
Lebih jauh Suhaidi mengatakan, demi pengamanan uang nasabah yang disimpan di perbankan itu, pihak bank harus melakukan perobahan yakni dengan cara melakukan penyempurnaan sistem ATM tersebut.
Sebab, katanya, kasus uang nasabah yang diambil penjahat di mesin ATM itu sudah berlangsung cukup lama.
Sehubungan dengan itu, pihak perbankan perlu mengganti kartu ATM dengam memakai chips, sehingga penjahat perbankan itu tidak bisa lagi melakukan aksinya.
"Penggunaan chips itu, dinilai sangat tepat diterapkan oleh perbankan untuk menyelamatkan para nasabah," kata Suhaidi.
Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Boy Rafli Amar mengatakan, penjahat jaringan internasional diduga mengendalikan kasus pembobolan anjungan tunai mandiri (ATM) yang terjadi di Jakarta.
"Kami telah minta bantuan interpol untuk menangkap tersangka yang berada di Australia dan Kanada," kata Boy di Jakarta, Selasa.
Namun Polda Metro Jaya tidak menyebutkan identitas warga negara asing yang mengendalikan jaringan itu.
Dalam aksinya, jaringan internasional itu bekerja sama dengan para tersangka yang berada di dalam negeri.(Ant/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010