Solo (ANTARA News) - Omset usaha waralaba Indonesia saat ini mencapai Rp85 triliun per tahun dan uang usaha hasil ini sebagian besar lari ke luar negeri karena pemilik modal kebanyakan orang asing, kata Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Kadin Amir Karamoy di Solo, Rabu.
"Orang asing dalam usaha ini memang hanya menguasai lima persen, tetapi dengan modal yang besar maka omset yang dikuasai juga besar yaitu mencapai 60 persen lebih," kata Amir Karamoy usai penandatangananan kerjasama PT Sritex dan PT Toni Jack`s, Solo.
Dia mendesak Kementerian Perdagangan bertindak secepatnya dengan membuat aturan-aturan agar usaha sistem waralaba tidak dimonopoli oleh segelintir orang.
"Ya kami telah mengusulkan pembuatan peraturan ini kepada Kementerian Perdagangan, tetapi sampa sekarang juga belum ada hasilnya," jelasnya.
Menurutnya, untuk mencegah monopoli usaha maka sebaiknya setiap pengusaha asing yang akan menanamkan modal harus bekerjasama dengan pengusaha dalam negeri.
"Saya berkeyakinan kalau pemerintah tidak cepat-cepat mengeluarkan aturan tersebut, maka usaha seperti ini dalam waktu dekat akan dikuasai pemodal asing, dan sekarang saja dampaknya sudah dirasakan," katanya.
Menyinggung kawasan perdagangan bebas China-ASEAN (CAFTA), Amir Karamoy mengatakan, beberapa waktu lalu sudah ada sembilan pengusaha asal RRC yang menanyakan persyaratan pembukaan usaha waralaba di Indonesia.
"Para pengusaha asal China memang tampaknya juga tertarik mengenai usaha model waralaba ini, karena mereka juga telah menanyakan mengenai persyaratan dan potensi yang ada," katanya.
Restoran waralaba Toni Jack`s Indonesia sekarang sudah mempunyai 12 cabang yang berada di Jakarta, Bandung dan Surabaya dan untuk tahun ini diharapkan akan dibuka lima cabang di kota-kota besar lainnya, kata Presiden PT Toni Jack`s Surya B.Sulistya.
Toni Jack,s menggandeng Grup PT Sritex akan membuka usaha restoran siap saji di lokas Solo Centre Point, Jalan Slamet Riyadi Solo pada Mei 2010, katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010