Jakarta, (ANTARA News) - Asosiasi Permebelan dan Kerajianan Indonesia (Asmindo) memperkirakan produk mebel asal Cina akan semakin membanjiri pasar tanah air pada bulan April 2010.

Ketua Umum Asmindo, Ambar Tjahyono, di Jakarta, Rabu, menjelaskan produk mebel asal Cina belum banyak masuk ke Indonesia di bulan Januari lalu. Hal tersebut karena stok yang dimiliki importir masih menumpuk.

Namun, ia memperkirakan lonjakan jumlah mebel asal Cina baru akan terjadi sekitar bulan April hingga Mei 2010. Untuk itu yang perlu dilakukan oleh Indonesia yakni segera melakukan filter dengan menetapkan standar untuk masuk ke wilayah Indonesia.

"Maret Indonesia harus mulai lakukan filter, kalau tidak barang buangan dari Cina yang tidak bisa masuk Belanda, Afrika, atau negara lain masuk ke Indonesia dan kita hanya jadi tempat sampah. Jujur kalau sampai banjir kita tidak akan kuat," tegas Ambar.

Serapan pasar lokal untuk mebel di tanah air saat ini, menurut dia, mencapai 500 juta dolar AS. Saat ini produk mebel Indonesia baru menguasai 60 persen pasar lokal, sedangkan 40 persen dikuasai produk asing termasuk dari Cina.

"Kita mau tingkatkan agar produk kita dapat diserap pasar lokal hingga 80 persen. Ini penting karena untuk bertahan kita memang harus dahulukan pasar dalam negeri dulu, bukan justru mengejar nilai ekspor," katanya.

Ia meminta agar pemerintah memulai terlebih dahulu memperkuat pasar lokal dengan membeli mebel lokal, bukan sekedar menyuarakan "Cinta Produk Indonesia". "Masalahnya daya beli di luar Jakarta tidak bagus, kita harus dorong agar pasar mebel di luar Pulau Jawa juga bergairah".

Sebenarnya, lanjut Ambar, usaha untuk mengimbangi produk mebel Cina sudah dilakukan Asmindo sejak tahun 2006 dengan aktif melakukan pamerah di Cina. Saat itu, Asmindo didukung oleh Departemen Perindustrian, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), dan Kementerian Koperasi dan UKM, membuat branding dan mendapat sambutan yang baik.

Namun kerjasama yang baik tersebut tidak dipertahankan oleh pemerintah, sehingga Asmindo hanya bergerak sendiri dengan dukungan Kementerian Perindustrian. Karena itu, menurut dia, BPEN sebagai ujung tombak pengembangan ekspor layak dipertanyakan kinerjanya, karena pada kenyataannya hampir semua industri mengalami penurunan ekspor.

Sementara itu terkait dengan ketenagakerjaan, ia menegaskan persaingan dalam menghadapi perdagangan bebas ASEAN-Cina (Cina-ASEAN Free Trade Agreement/CAFTA) ini akan menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran di bidang permebelan dan kerajinan.

Ambar memperkirakan dampak dari CAFTA ini sekitar 150.000 pekerja akan terancam menganggur hingga Juni 2010. Sedangkan hingga bulan Desember 2010 diperkirakan pengangguran di bidang permebelan dan kerajinan ini akan mencapai 500.000 orang.(V002/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010