Direktur PDAM Tirta Manakarra Mamuju Muhammad Nur di Mamuju, Selasa, mengatakan, semula tarif air diperkirakan naik sekitar 30 persen hingga 40 persen, mengingat kebutuhan biaya operasional yang mengalami kenaikan.
Namun, kata dia, dengan program gravitasi air tersebut, secara otomatis rencana kenaikan tarif akan dibatalkan karena biaya operasional akan tertutup ketika program itu diberlakukan.
"Biaya operasional terbesar adalah untuk pembelian bahan bakar dan pasokan listrik, yang digunakan untuk mengoperasikan mesin yang memompa air ke unit pengolahan dan kemudian dilepas ke pipa distribusi, tetapi setelah program tersebut diberlakukan semua biaya akan ditalangi," jelasnya.
Selama ini, kata dia, proses pemompaan dan pengolahan air pada seluruh instalasi masih dalam kondisi semi gravitasi.
Ia mengatakan, pembatalan tarif air juga didasari pertimbangan untuk tidak memberatkan para pelanggan PDAM.
"Instalasi Pati`di yang telah beroperasi maksimal telah memberikan dampak positif karena mampu menyuplai air bersih kepada pelanggan di kota Mamuju," katanya.
Sebelumnya PDAM Tirta Manakarra Mamuju menjadwalkan kenaikan tarif air mulai Mei, akan tetapi tertunda karena instalasi Pati`di belum beroperasi.
"Selain itu, terjadi perubahan situasi sehingga kami masih harus menghitung ulang besarnya biaya yang digunakan PDAM setelah seluruh instalasi berfungsi dengan baik," jelasnya.
Tarif air yang berlaku saat ini yaitu sebesar Rp1.250 per meter kubik, dan tergolong harga paling rendah dibanding dengan kabupaten lain.
"Untuk saat ini kami ingin memfokuskan kegiatan pada perbaikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk masalah tarif air, bisa dilakukan nanti saat pelayanan sudah bisa dioptimalkan," katanya. (KR-ACO/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010