Manila (ANTARA) - Filipina bisa mendapatkan vaksin potensial COVID-19 yang sedang dikembangkan oleh perusahaan Amerika Serikat tanpa syarat, kata Kementerian Kesehatan Filipina, Jumat.
Pernyataan itu muncul setelah juru bicara kepresidenan Filipina mengaitkan pengampunan terhadap seorang anggota Marinir AS untuk memastikan Filipina mendapat akses pada vaksin COVID-19 buatan AS.
Wakil Menteri Kesehatan Filipina Maria Rosario Vergeire mengatakan tidak ada perusahaan pembuat vaksin AS yang dalam pembicaraan dengan pemerintah menetapkan persyaratan tertentu untuk vaksin.
"Tidak ada persyaratan yang disampaikan atau diberikan kepada kami," kata Vergeire dalam konferensi pers.
Dia menambahkan bahwa semua vaksin potensial akan menjalani proses pengaturan untuk memastikan keamanan dan kemanjuran.
Filipina, yang merupakan salah satu negara berkembang dengan populasi besar berusaha mengamankan pasokan vaksin COVID-19 dan telah bertemu dengan produsen vaksin AS, Moderna Inc dan Pfizer Inc.
Pemerintah Filipina juga telah mengadakan diskusi dengan China dan Rusia, yang termasuk di antara negara-negara yang memimpin perlombaan global untuk mengembangkan vaksin anti virus corona jenis baru.
Juru Bicara Kepresidenan Filipina Harry Roque pada Kamis (10/9) mengatakan bahwa keputusan Presiden Rodrigo Duterte untuk mengampuni seorang marinir AS, yang dihukum karena membunuh seorang wanita transgender hampir enam tahun lalu, mungkin berasal dari keinginannya untuk memastikan Filipina mendapat akses pada vaksin virus corona.
Namun, Roque pada Jumat menegaskan bahwa dia hanya menyatakan pendapat pribadinya.
Marinir AS bernama Joseph Scott Pemberton menjalani hukuman enam hingga 10 tahun karena membunuh Jennifer Laude di dekat bekas pangkalan angkatan laut AS pada 2014. Dia kemungkinan akan dibebaskan dari penjara militer dan dideportasi akhir pekan ini, kata Biro Imigrasi Filipina.
Duta Besar Filipina untuk Amerika Serikat Jose Manuel Romualdez mengatakan para pejabat AS "terkejut" dengan pengampunan tersebut. Saat mereka menanyakan tentang Pemberton, mereka tidak memaksakan pembebasannya, kata Romualdez kepada ANC News.
Filipina memiliki kasus COVID-19 terbanyak di Asia Tenggara, dengan lebih dari 248.000 pengidap.
Negara Asia Tenggara itu berencana membeli 40 juta dosis vaksin COVID-19 senilai 400 juta dolar AS (sekitar Rp5,99 triliun) untuk 20 juta orang, atau sekitar seperlima dari 107 juta populasi Filipina.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kasus corona Filipina menjadi yang tertinggi di Pasifik barat
Baca juga: Malaysia larang pemegang izin jangka panjang dari Indonesia, Filipina
Baca juga: Filipina mulai uji klinis vaksin COVID-19 Rusia pada Oktober
Dua skenario Biofarma dalam menyediakan vaksin COVID-19
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020