Jakarta (ANTARA News) - Inisiator Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Nasional Demokrat, Surya Paloh, menyatakan Ormas itu tidak dipersiapkan untuk menjadi partai politik (parpol), tetapi lebih kepada kegiatan sosial untuk perubahan.

"Pemikiran kami tidak sampai ke sana (menjadi parpol.red). Untuk mendirikan parpol itu mudah, sambil `ngopi` juga bisa. Tetapi Nasional Demokrat lain," kata Surya Paloh yang juga mantan Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar, didampingi tokoh Golkar lainnya, Sri Sultan Hamengkubuwono X, usai acara deklarasi di Istora Senayan Jakarta, Senin petang.

Surya Paloh mengemukakan, Nasional Demokrat akan lebih fokus kepada perubahan di masyarakat untuk menghadapi masa depan.

Nasional Demokrat akan menghimpun semangat seperti semangat yang pernah ditunjukkan semua lapisan masyarakat saat berlangsung Ganefo akhir tahun 1962.

Sri Sultan mengemukakan, selain di tingkat pusat, Nasional Demokrat akan dibentuk di daerah, bahkan hingga desa. Selain ada program nasional, juga ada program lokal yang dilaksanakan berdasarkan kondisi daerah.

Surya Paloh dalam pidato deklarasi Nasional Demokrat menyatakan, 47 tahun lalu Bung Karno meresmikan Ganefo di Istora Senayan sebagai reaksi atas dikeluarkannya Indonesia dari Komite Olimpiade International karena dianggap telah mencampuradukan politik dengan olah raga.

Tetapi dalam pandangan Bung Karno, olah raga adalah bagian dari strategi perjuangan politik. Waktu itu, indonesia penuh dengan semangat nasionalisme dan kebangsaan yang luar biasa.

"Kita kembali diingatkan ketika Bung Karno juga berpidato di Sidang Umum PBB yang mengajak agar kita membangun dunia baru yang penuh perdamaian dan kesejahteraan," katanya.

Surya Paloh mengemukakan, dalam pidato yang dikenal dengan "to build the world a new", Bung Karno minta Indonesia bebas dari penjajahan dan eksploitasi negara atas negara serta eksploitasi manusia atas manusia.

"Bung Karno membangkitkan semangat di berbagai tempat. Semua masyarakat terpanggil dan yakin bahwa di tangan Bung Karno, bangsa ini patut dihargai di seluruh dunia," katanya.

Surya juga menjelaskan, Nasional Demokrat merupakan wadah untuk menghimpun seluruh potensi yang menyatukan semangat dan harapan yang sama dalam mengisi kemerdekaan.

"Kalau Bung Karno datang dengan semangat perlawanan kepada ketidakadilan, mengapa kita yang memiliki keunggulan lebih baik, tidak punya semangat untuk melakukan perlawanan," kata Surya.

Surya menyatakan, hal-hal yang paradok terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

"Kita masih tertinggal jauh. tentu hal itu tidak memberi rasa optimis. 13 tahun memasuki reformasi, belum ada harapan, tetapi apa yang terjadi. Fakta yang ada, kita belum memperoleh adanya rasa keadilan, kenyamanan, kesejahteraan yang jauh lebih baik," katanya.

Surya mengemukakan, selama 13 tahun reformasi belum mampu mewujudkan cita-cita yang diharapkan.

"Kita terjebak pada perbedaan, kita semakin egois, kita tidak mampu menunjukkan rasa kesetiakawanan dan tidak mampu menguatkan kebersamaan. Kita tidak memiliki kepercayaan diri yang kokoh dan kuat serta tidak mampu menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi," katanya.

Akibatnya, kata Surya, masyarakat yang miskin tetap miskin dan yang kaya tetap kaya. "Yang bodoh tetap bodoh," katanya.

Menurut kedua inisiator, Nasional Demokrat akan menempatkan kehadirannya untuk meringankan beban masyarakat, bukan menambah beban masyarakat. (S023/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010