Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif mengkhawatirkan Papua lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia karena situasinya sudah membahayakan.

"Kondisi di Papua itu seperti api dalam sekam. Kalau Papua lepas dari Indonesia, saya tidak bisa membayangkan lagi dengan propinsi yang lain," kata Buya Syafii dalam jumpa pers dalam jumpa pers Maarif Award 2010 di kantor Maarif Institute di Jakarta, Senin.

Buya mengatakan keadilan yang dicita-citakan pendiri bangsa sejak proklamasi, sampai saat ini belum terwujud di Indonesia. "Keadilan masih jauh dari lorong sejarah," katanya.

Dia melihat kekayaan alam Papua disedot oleh pemerintah tanpa memperdulikan kemaslahatan dan kemakmuran rakyat Papua sendiri. "Tambang diambil, hutan dieksploitasi, tapi rakyat diabaikan," katanya.

Apabila paradigma keadilan digunakan oleh pemerintah untuk pembangunan di Papua, Buya yakin rakyat Papua akan ikhlas tetap menjadi warga negara Indonesia.

"Tetapi kalau mereka (Papua) lepas dari Indonesia, saya pikir belum siap karen SDM belum siap," katanya.

Sama seperti yang terjadi di Timor Leste, Buya Syafii melihat ada penyesalan pada rakyat Timor Leste untuk berpisah dengan Indonesia karena belum siap.

Dalam kesempatan tersebut, Syafii Maarif mengatakan sedang mencari sosok negarawan untuk dipilih sebagai penerima Maarif Award 2010.

"Indonesia sedang dalam proses mencari negarawan. Kalau politisi jumlahnya luar biasa banyak, tapi sedikit yang bisa menjadi negarawan," kata Buya.

Sosok negarawan, menurutnya, adalah sosok yang berpikiran jauh ke dapan dan mementingkan rakyat banyak dibandingkan politisi yang lebih mementingkan diri sendiri dan kelompoknya.

"Kita sedang mencari tokoh yang mengayomi masyarakat tidak peduli agama, suku dan asalnya," ujar Buya.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010